Mereka yang Tidak Tinggal di Rumah Saat Corona (3)

- Sabtu, 11 April 2020 | 10:37 WIB
SANTAI: Yadi, menunggu ban becaknya selesai di tambal. | Foto Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
SANTAI: Yadi, menunggu ban becaknya selesai di tambal. | Foto Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Jauh sebelum pandemi menghantam Kalsel, para pengayuh becak di Banjarmasin sudah kesulitan mencari penumpang. Alih-alih membuat mereka semakin terpuruk, pandemi justru mengajarkan mereka lebih banyak bersyukur.

 

WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

 

Yadi tampak berkeringat. Perlahan, dia melepaskan masker yang menutupi separuh wajahnya. Mengambil botol yang berisi air putih di jok bagian depan becaknya, kemudian minum sepuasnya.

Setelah minum, Yadi kembali berjongkok. Memerhatikan tukang tambal, yang menyelesaikan pekerjaannya. Menambal ban becak kesayangan Yadi.

"Tadi, ketika keliling mencari penumpang, ternyata ban becak saya bocor. Tuh, bocornya di situ," ucapnya, sembari mengarahkan telunjuknya ke arah lampu merah di pertigaan kawasan Jalan A Yani. Tepatnya, di kilometer 2,5 Banjarmasin.

Sedari pagi hingga siang kemarin (10/4), lelaki berumur 67 tahun itu belum mendapatkan satu pun penumpang yang bisa dibawa ke mana pun penumpang mau.

Kondisi seperti ini memang bukan yang pertama kali dialaminya. Tapi, semenjak bisnis perhotelan sepi pengunjung akibat pandemi, dia mengaku penumpangnya secara otomatis menghilang.

"Selain orang-orang yang ingin berbelanja ke pasar, saya lebih sering mendapat penumpang tamu hotel. Biasanya, mereka ingin diantar ke pusat perbelanjaan, atau objek wisata Pasar Terapung yang di Siring itu," bebernya.

Selain berkeliling mencari penumpang, Yadi mempunyai tempat mangkal favorit. Yakni, di kawasan yang tak jauh dari kawasan perhotelan. Salah satunya, di Jalan Kolonel Sugiono Banjarmasin. Di kawasan ini, sedikitnya ada empat hotel yang berdiri kokoh.

"Kalau saya nongkrong di pasar, becak-becak sudah banyak," ucapnya.

Yadi, lahir Dimakassar. Merantau ke Banjarmasin, sekitar tahun 1970. Dan saat itu, sebelum menjadi pengayuh becak, dia lebih dahulu merasakan menjadi buruh bangunan.

Berselang beberapa tahun menjadi buruh bangunan, dia mulai tertarik untuk mengayuh becak. Tepatnya di Tahun 1980. Menurutnya, saat itu becak menjadi alat transportasi favorit. Becak pertamanya, diperoleh dengan cara menyewa.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X