Tidak Tinggal di Rumah Saat Corona: Pendapatan Minim, Pengeluaran Bertambah

- Senin, 13 April 2020 | 11:51 WIB
MENUNGGU PEMAKAI JASA: Kamaruddin dan Alek, dua penjahit sepatu yang biasa mangkal di pertigaan Jalan Kuripan. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
MENUNGGU PEMAKAI JASA: Kamaruddin dan Alek, dua penjahit sepatu yang biasa mangkal di pertigaan Jalan Kuripan. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Lelaki 38 tahun itu buru-buru merogoh kantong kemeja hitam yang dikenakannya. Dia memperlihatkan tiga keping uang receh yang tersisa di sana.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

"Rp1.500. Bagaimana kalau misalnya di tengah perjalanan ke rumah, ban motor yang saya bawa tiba-tiba bocor," tutur Kamaruddin, sambil menimang-nimang uang receh, itu sebelum memasukkan kembali ke kantong kemejanya.

Dia salah seorang penjahit sepatu, yang sudah 10 tahun terakhir mangkal di pertigaan Jalan Kuripan Banjarmasin. Udin sapaan akrabnya. Tinggal di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Bersama seorang istri dan dua orang anak.

Jauh sebelum Pandemi COVID-19 menghantam Kota Banjarmasin, penghasilannya sebagai penjahit sepatu memang sudah tidak menentu. Tapi, setidaknya masih ada pemasukan. Berbanding terbalik ketika pandemi. Pemasukannya menjadi nol."Tabungan saya pun semakin menipis. Benar-benar perlu berhemat," ungkapnya.

Udin mengatakan, yang kerap memakai jasanya adalah anak-anak sekolah. Namun menurutnya, semenjak proses belajar di sekolah ditiadakan sementara waktu, pelanggannya itu pun menghilang."Yang paling ramai, bila memasuki tahun ajaran baru. Banyak anak-anak yang menjahit sepatunya di sini," ucapnya, kemudian tersenyum.

Hal yang sama juga dialami rekan seprofesi Udin. Namanya, Alek (64). Tinggal bersama seorang istri dan satu dari empat orang anaknya. Di kawasan Sungai Gardu, Kecamatan Banjarmasin timur."Tiga anak saya lainnya sudah berkeluarga. Tidak tinggal bersama saya lagi," ungkapnya.

Minimnya pelanggan yang memakai jasanya, sudah dialaminya sejak tiga pekan lalu. Menurutnya, kondisi seperti ini justru membuat pengeluarannya semakin banyak."Kalau tidak ada pemasukan, rasanya jadi gampang lapar. Yang mulanya memasak nasi hanya satu liter di rumah, jadi dua liter sehari," ucapnya, kemudian terkekeh.

Meski begitu, baik Alek maupun Udin, mengaku cukup beruntung. Tempat keduanya mencari rezeki, itu selalu menjadi tempat persinggahan para dermawan.

"Terkadang, ada orang yang singgah memberikan bantuan. Mulai dari nasi bungkus hingga sembako. Ketika kami tanyakan mereka dari mana, ada yang bilang dari komunitas atau perorangan saja. Tidak ada dari pejabat pemerintahan," ungkap Alek.

Lantas, apakah keduanya tidak takut dengan COVID-19 ? Keduanya sepakat, bahwa apa yang dilakukan adalah bentuk ikhtiar dalam mencari rezeki memenuhi kebutuhan keluarga di rumah. Maka, tidak ada alasan untuk takut.

"Yang penting, selain berusaha, ya juga harus diiringi dengan doa," timpal Udin. (Bersambung)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X