Tak Tinggal di Rumah Saat Corona, Tetap Cari Nafkah Meski Menuntun Sepeda

- Selasa, 14 April 2020 | 11:20 WIB
TERUS BERUSAHA: Ardiansyah atau Kai Janggut, beristirahat di depan sebuah kios di kawasan Jalan S Parman, Banjarmasin, kemarin (13/4).
TERUS BERUSAHA: Ardiansyah atau Kai Janggut, beristirahat di depan sebuah kios di kawasan Jalan S Parman, Banjarmasin, kemarin (13/4).

Ardiansyah (71) menolak menyerah pada pandemi. Baginya, berdiam diri di rumah saja tentu tidak cukup. Ada keluarga yang harus dinafkahi.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

Sepeda tua yang digunakan mengangkut berbagai barang dagangan itu disandarkannya ke dinding kios kecil, di kawasan Jalan S Parman, Banjarmasin tengah.

Sungguh tidak mudah bagi Ardiansyah, berkeliling Kota Banjarmasin dengan menuntun sepedanya itu. Lebih-lebih, dengan kondisi kesehatannya yang tidak lagi prima. Ya, sepeda itu tidak bisa dinaikinya lagi, melainkan hanya bisa dituntun.

"Tahun 2019 tadi, saya terkena stroke. Lengan kiri saya tidak bisa lagi digerakkan dengan leluasa. Berbicara pun sulit," tutur lelaki yang akrab disapa Kai (Kakek. Red) Janggut, itu ketika dihampiri penulis, kemarin (13/4) sore.

Sejak tahun 1991, Kai Janggut berkeliling menjajakan dagangannya. Yang dijualnya beragam. Mulai dari celengan plastik berbagai ukuran, sapu lidi, sapu plastik, kemoceng, serta barang-barang lainnya.

Berangkat pukul 08.00 WITA dari rumah kontrakannya di kawasan Kelayan A Gang Bawang Merah RT 17, dia mengaku kembali ke rumah pada pukul 20.00 WITA.

"Barang yang saya jajakan sekarang ini milik orang. Kalau laku, uangnya saya setor ke pemilik barang. Dari situ saya mendapatkan bagian. Tapi, ini sudah sepekan tak ada yang membeli," ungkapnya.

Matanya tiba-tiba sembab. Tak lama kemudian, air matanya menetes. Dia terkenang keluarganya di rumah. Selain sang istri, ada tiga orang anaknya yang harus dinafkahi.

Sebelum berjualan berbagai macam barang tersebut, Kai Janggut sebenarnya pernah mengumpulkan sisa-sisa kayu untuk dijual kembali kepada warga, untuk keperluan memasak. Penghasilannya lumayan.

Namun, semenjak alat masak kini sudah lebih banyak menggunakan gas, maka usahanya itu pun perlahan-lahan ditinggalkan. Beruntung baginya, ada orang yang menawarkan pekerjaan mendagangkan berbagai macam barang itu.

"Yang paling sering dibeli, biasanya celengan plastik itu," ucapnya. Meski masih menyisakan sedikit air mata, kali ini dia tampak tersenyum. Dia mengaku terkenang pada orang-orang yang membeli dagangannya.

"Anak-anak yang paling banyak membeli celengan itu," tambahnya

Kai Janggut, sama seperti orang-orang lainnya, yakni mereka yang harus bekerja meski pada situasi pandemi. Bukan karena mereka tidak takut dengan virus. Tapi karena mereka sadar bahwa ada yang harus diperjuangkan.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X