Selamatkan Harga Telur Itik, Peternak Pilih Jual Unggas

- Sabtu, 18 April 2020 | 08:38 WIB
MENYUSUN: Pedagang telur itik di Pasar Alabio saat mengemas telur untuk dijual. | Foto: Muhammad/Radar Banjarmasin
MENYUSUN: Pedagang telur itik di Pasar Alabio saat mengemas telur untuk dijual. | Foto: Muhammad/Radar Banjarmasin

AMUNTAI - Pandemi Covid-19 berdampak pada harga telur itik. Terpuruk di kisaran harga Rp1.250 sampai Rp1.400 per butir di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Jatuhnya harga telur itik di tingkat peternak tersebut ditengarai ada permainan tengkulak yang mengaitkan dengan wabah corona.

Ketua Peternak Desa Murung Asam Kecamatan Amuntai Tengah, Abrar menyebut sejak sebulan terakhir harga telur itik anjlok. Menurut informasi yang diterimanya, daya beli masyarakat sedang menurun saat wabah Covid-19 ini.

"Sebelum corona, harga jual telur itik di kisaran Rp2.000 sampai Rp2.200 per butir di Pasar Alabio," kata Abrar, Jumat (17/4).

Anjloknya harga membuat peternak kecil memilih mengosongkan kandangnya. Itik petelur dijual. Soalnya, biaya pemeliharaan dan pakan lebih tinggi. "Unggas ramai dijual. Daging itik pun sangat murah. Tapi cara ini lebih baik dibanding rekan kami harus menelan kerugian lebih besar," kata Abrar melalui sambungan WhatsApp.

Abrar meminta kepada pemerintah untuk peduli nasib peternak. Menaikkan harga beli, mencarikan pasar baru, dan menurunkan harga pakan ternak. "Apabila hal tersebut ditempuh maka kami sesama peternak bisa terbantu," cetusnya.

Disamping itu, telur dari luar daerah sementara jangan didatangkan. Apalagi telur dari Pulau Jawa.

"Peternak besar saja yang bertahan. Itu pun terseok-seok," terangnya.

Dinas Pertanian (Distan) melalui Bidang Peternakan HSU memutar otak untuk menyelamatkan harga telur itik agar tidak anjlok di tengah daya beli menurun akibat wabah Covid-19.

"Kami bergerak cepat menyelamatkan harga telur itik yang anjlok di tingkat peternak itik di HSU. Tindakan kami membeli dengan harga pantas. Memasarkan telur itik di atas harga di Pasar Telur Alabio Kecamatan Sungai Pandan," kata Kabid Peternakan, Ahmad Rijali.

Pihaknya membeli telur itik senilai Rp1.750 per butir. Pemasaran ditempuh lewat media online. Termasuk ditawarkan kepada SKPD, ASN, dan masyarakat umum dengan terlebih dahulu memesan lewat petugas.
Harga di tingkat konsumen dari pasar tradisional sebenarnya masih tinggi Rp2.200 per butir. Hampir sama ketika belum wabah.

"Alhamdulillah kelompok peternak merasa terbantu dengan tindakan dan upaya yang dilakukan pihak kami. Bahkan saat ini pesanan terus bertambah," ungkapnya.

Strategi pemasaran ini ternyata cocok. Pesanan telur sudah sampai ke Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel. Mereka memesan sekitar 7.000 butir. Dikirim ke Kota Banjarbaru oleh peternak secara langsung.

"Turunnya harga telur disebabkan oleh permainan di kelompok tengkulak dengan alasan Covid-19. Padahal para tengkulak menjual harga telur tetap mahal dengan harga 2.200 sampai 2.400 per butir di pasaran," jawabnya.

Langkah ke depan pihaknya akan bekerja sama memasarkan telur melalui ASN SKPD Provinsi, program PKH (Program Keluarga Harapan), dan langsung ke masyarakat di bawah harga pasar.(mar/dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X