Habiskan Waktu Menjahit Masker, Kewalahan Banyaknya Pesanan

- Sabtu, 18 April 2020 | 10:22 WIB
KREATIF: Deasy Ar? ani Arsyad menjahit masker di rumahnya. Di era pembatasan sosial, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat masker di rumah
KREATIF: Deasy Ar? ani Arsyad menjahit masker di rumahnya. Di era pembatasan sosial, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat masker di rumah

Deasy Arfiani Arsyad tak mau dibatasi aktivitasnya. Meski berada di rumah selama pandemi virus corona, Perempuan yang aktif di sejumlah komunitas dan lembaga yang dikelolanya ini sekarang lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat masker kain.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Membuat masker baru ditekuni Deasy Arfiani Arsyad dalam sebulan terakhir. Hal itu bermula ketika dirinya mendapatkan tugas dari klub menjahit yang diikutinya.

"Tugas yang diberikan ialah membuat workshop menjahit masker, karena momennya pas (dengan pandemi virus corona)," kata perempuan yang akrab disapa Chici ini kepada Radar Banjarmasin, Kamis (16/4) tadi.

Chici mengungkapkan, ketika mulai membuat masker, dirinya rutin memajang masker hasil buatannya ke media sosial. Hal itu kemudian menarik minat orang-orang untuk memesan. "Yang pesan sangat banyak. Dari situ saya tekuni membuat masker," ungkapnya.

Saking banyaknya pesanan, perempuan kelahiran 29 Desember 1976 ini sampai harus dibantu suaminya. "Karena saya menjahit maskernya sendiri. Suami membantu memotong kain dan karetnya. Pernah bagi-bagi job ke penjahit lain, ternyata sama mereka juga kebanyakan pesanan. Jadi ya dijahit sendiri saja," ujar Chici.

Dia menambahkan, sampai sekarang pesanan masker masih banyak yang masuk. Padahal, sudah ada banyak masker yang diproduksinya.

"Sudah seribu lembar lebih masker yang saya jahit sejak awal. Alhamdulillah, pesanan masih terus masuk. Asal mau menunggu, saya jahitkan. Insya Allah dikerjakan semua," tambahnya.

Meski waktunya kini banyak dihabiskan untuk menjahit masker, Chici mengaku tak mempermasalahkannya. Sebab, kegiatannya di sejumlah lembaga dan komunitas yang dikelolanya banyak yang tertunda lantaran mewabahnya virus corona.

"Padahal saya punya kelas kreatif. Seperti kelas foto, kelas editing, crafting dan kelas dongeng. Sudah disusun programnya, tapi setelah ada imbauan jangan ada aktivitas berkumpul. Jadinya ditunda dulu," paparnya.

Selain kelas kreatif, dia juga mengelola lembaga outbound training, kelas latihan yoga, kelas belajar food photography dan lain-lain. Di mana, beberapa kegiatannya juga kini tertunda. "Maka dari itu, saya punya banyak waktu untuk menjahit masker," ujar Chici.

Bukan hanya bisa untuk mengisi waktu selama pandemi Covid-19, membuat masker juga menjadi salah satu pendapatan Chici. Dia menyampaikan, untuk satu masker dihargainya Rp7 ribu.

"Awalnya saya jual Rp5 ribu per lembar. Tapi begitu kondisi wabah makin memprihatinkan, saya mulai menggunakan jasa pengiriman untuk pesanan kain. Juga karet elastis maskernya mulai langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya dua kali lipat. Akhirnya saya naikan harga maskernya," ucapnya.

Warga Kompleks Griya Megah, Jalan Karang Anyar 2, Banjarbaru ini berharap pandemi dapat segera berakhir. Dengan begitu, semua aktivitas masyarakat bisa kembali normal. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X