Sinyal telepon sering hilang dihantam badai. Hujan salju dan berkabut menyelimuti Annapurna Circuit Trek, Nepal. Alhasil, pengumuman lockdown pun terlambat diketahui Adi Murdani dan Teddy Herianto.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN --
KEDUANYA adalah traveller asal Banua. Adi dan Teddy sama-sama berasal dari Banjarmasin.
Andai tidak ada penerapan karantina wilayah di Negeri Seribu Kuil (julukan Nepal) itu, sesuai jadwal perjalanan, keduanya kembali ke Banua pada 26 Maret lalu. Namun, satu bulan berlalu, belum ada tanda-tanda kepulangan.
Posisi kedua traveller ini sekarang berada di Hotel Yala Peak, Kathmandu. Mengikuti peraturan pemerintah setempat yang sekarang masih memberlakukan karantina wilayah.
"Kami berdua sehat, tapi tidak bisa ke mana-mana. Hanya mengurung diri di hotel," ucapnya.
Adi mengisahkan, keberangkatannya ke Nepal tak lain untuk mendaki gunung. Jadwalnya, dari tanggal 8 sampai 26 Maret.
Mulanya, semua berjalan lancar. Tidak ada masalah Bahkan ketika tiba di Nepal, keduanya langsung berjalan ke Poon Hiil. Kemudian, ngetrek ke Annapurna Circuit Trek (ACT).
Namun, tepat pada 19 Maret, di tengah kawasan ACT, keduanya mendengar pengumuman itu: karantina wilayah. Saat itu pula, keduanya memutuskan menghentikan pendakian.
"Kami juga mencari-cari mobil jeep yang bisa membawa kami ke starting point di kota Besishahar," ucapnya.
Jeep didapat. Tepat 20 Maret, keduanya menempuh perjalanan selama delapan jam. Menuju Besishaha, kemudian melanjutkan perjalanan lagi selama empat jam menaiki bus mini. Dengan tujuan Pokhara, kota terbesar kedua di Nepal.
Di kota berjuluk Permata Himalaya ini keduanya bergegas mencari tiket pesawat secara online dengan tujuan Indonesia.
Celaka, semua pemesanan tiket berstatus no flight alias penerbangan tidak tersedia.
Keesokan hari, yakni 22 Maret, keduanya memutuskan berangkat ke jantung Nepal, Kathmandu. Ditempuh dalam waktu delapan jam perjalanan menaiki bus.