Pasutri Muda Korban PHK, Terusir dari Bedakan; Sempat Tidur di Lorong Sekolah

- Sabtu, 9 Mei 2020 | 11:06 WIB
SEADANYA: Beginilah kondisi tempat tinggal sementara pasutri muda dengan bayi enam bulan yang ditampung penjaga sekolah SDN Landasan Ulin Timur 2 Banjarbaru, di salah satu ruangan rumahnya. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin
SEADANYA: Beginilah kondisi tempat tinggal sementara pasutri muda dengan bayi enam bulan yang ditampung penjaga sekolah SDN Landasan Ulin Timur 2 Banjarbaru, di salah satu ruangan rumahnya. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin

BANJARBARU - Kisah pasutri muda asal Landasan Ulin Timur Banjarbaru ini sempat heboh beberapa hari terakhir. Tepatnya lewat pesan berantai di Whatsapp dan media sosial Facebook.

Lantaran, dari pesan tersebut, pasutri yang berinisial AD (20)  dan 15 (NZ) ini disebutkan harus hidup di sebuah lorong bangunan sekolah dasar. Mirisnya, mereka menjalani kehidupan itu bersama buah hatinya yang masih berusia enam bulan.

Radar Banjarmasin mencoba menelusuri kabar ini. Informasi ini memang benar. Hanya saja sekarang keluarga kecil ini telah ditampung oleh penjaga sekolah di SDN Landasan Ulin Timur 2 Banjarbaru.

Menurut penuturan AD, kabar mereka tidur di lorong bangunan sekolah itu benar adanya. Tetapi itu terangnya saat mereka awal-awal bingung mencari tempat tinggal.

"Saya tidur di lorong itu sekitar dua malam. Setelahnya baru dibantu ibu (penjaga sekolah) untuk ditampung di rumahnya sampai sekarang," katanya ditemui kemarin (8/5).

AD dan NZ sendiri sebelumnya menyewa di bedakan. Tetapi, karena AD di PHK oleh tempatnya bekerja. Ia tak bisa lagi membayar sewanya. Alhasil mereka diusir dan disuruh berkemas.

"Saya kerja di bengkel nitrogen di SPBU. Baru kerja tiga bulan, gara-gara corona ada pengurangan karyawan. Saya termasuk yang diputus (kerja). Makanya tidak bisa bayar (kontrakan) lagi," ceritanya.

Selepas diputus kerjanya, AD sebetulnya sempat berupaya cari kerja. Namun karena Covid-19, ia nihil dapat pekerjaan. Alhasil demi menyambung hidup ia dan istri serta anaknya, AD sempat kerja serabutan.

"Yang penting saya ada tempat tinggal dan bisa buat makan. Soalnya kasihan istri dan anak saya yang masih kecil," ungkapnya yang mengaku sangat bersyukur diberi tumpangan tempat tinggal.

Tempat tinggal AD yang sekarang memang juga jauh dari kata laik. Ukurannya sempit, hanya berkisar 2x2. Sebuah ruangan bekas kios jualan. Tentu tak ideal bagi anak balita yang perlu perawatan intens.

Normalinawati, penjaga sekolah SDN 2 Landasan Ulin Timur yang bersedia menampung AD dan istri serta anaknya mengaku terpanggil hati. Lantaran, AD sendiri sudah dianggap keluarga dekat olehnya sejak ia masih bersekolah di SD tersebut.

"Kasihan sekali mas, karena memang kami kenal dan saya tahu dan pernah merasakan bagaimana di posisi tanpa tempat tinggal seperti ini. Saya sudah 13 tahun jadi penjaga sekolah di sini, dan sudah lama juga kenal sama anak ini (AD). Apalagi sekarang dia ada anak kecil, kasihan," ceritanya.

Sebelumnya memang diceritakan Norma bahwa AD dan istrinya sempat tinggal sementara di lorong. Kondisinya hanya beralas tikar dan kasur tipis dan beratap terpal. Saat diguyur hujan deras, terpal itu terangnya ambruk.

"Akhirnya kami bantu tampung di salah satu ruangan rumah dinas ini, meskipun rumahnya juga tidak luas. Beberapa hari terakhir, ada juga bantuan sembako sudah dari orang-orang," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X