Sudah Pakai Masker, Tetap Saja Sepi; Nasib Para Penyandang Tunanetra di Banjarbaru Selama Masa Sulit

- Sabtu, 9 Mei 2020 | 12:48 WIB
TUNGGU PELANGGAN: Mugniansyah menunggu pelanggan pijatnya yang terus berkurang selama pandemi Covid-19 | FOTO: MUHAMMAD RIFANI/RADAR BANJARMASIN
TUNGGU PELANGGAN: Mugniansyah menunggu pelanggan pijatnya yang terus berkurang selama pandemi Covid-19 | FOTO: MUHAMMAD RIFANI/RADAR BANJARMASIN

Di masa pandemi, orang-orang memilih untuk menjaga jarak. Kecenderungan ini berdampak pada pemasukan para tukang pijat tuna netra.

-- Oleh: MUHAMMAD RIFANI, Banjarbaru --

Dahi Mugniansyah tampak berkeringat. Sesekali ia mengusapnya dengan tangannya. Ia duduk di depan pintu rumahnya sembari menunggu ada pelanggan yang datang untuk menggunakan jasa pijatnya.

Mugniansyah adalah salah satu penyandang tunanetra yang tinggal di Kampung Disabilitas, Jalan Trikora Landasan Ulin Banjarbaru. Bersama 16 rekan senasib lainnya, mereka yang tergabung di Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Cabang Banjarbaru ini membuka layanan pijat di kediamannya.

Cuaca terik tak menyurutkan niat Mugni untuk berbagi kisah kepada wartawan. Ia bertutur bahwa hampir satu pekan terakhir, ia hanya dapat dua pelanggan pijat.

"Sepi sekali, biasanya sampai lima atau tujuh pelanggan dalam satu pekan. Saya pun masih untung ada dua pelanggan, teman-teman yang lain malah ada yang tidak ada sama sekali sepekan ini. Faktornya gara-gara wabah ini," katanya.

Sekali memijat, ia mematok tarif Rp60.000. Harga ini juga berlaku di penyandang tunanetra lainnya di komplek perumahan khusus disabilitas ini. Tapi, karena sepi, sekarang Mugni dan yang lainnya terpaksa turut berharap uluran tangan para dermawan.

"Memijat mata pencaharian kami satu-satunya, inilah kebisaan kami. Jadi kalau ini sepi, ya tidak ada penghasilan lagi. Bersyukur beberapa waktu lalu ada yang ngasih bantuan sembako, ini sangat bermanfaat," jujurnya.

Namun bantuan sembako ini kata Mugni tentu tak lama. Stok bantuan bakal menyusut. Alhasil, mereka terpaksa sesekali mengorek tabungan yang selama ini mereka simpan jika ada penghasilan.

Mugni sebenarnya tak mau serta merta berharap bantuan. Namun berbicara realita sekarang, tak ada yang datang untuk dipijat. Masa pembatasan membuat orang menjaga jarak fisik.

"Kalau kita rata-rata anggota Pertuni itu lebih yang mengutamakan keahlian memijat untuk mencari penghasilan. Tapi saya tidak benci dengan mereka yang memilih turun ke jalan, itu hak mereka," nilainya.

Kondisi paceklik pelanggan ini dirasakan Mugni hampir dua bulan terakhir. Ia pun berharap bahwa dirinya bersama rekan-rekannya bisa mendapat bantuan sosial dari pemerintah.

"Saya tadi dapat kabar kalau ada masyarakat yang dapat bantuan di kelurahan sama kantor pos. Kalau saya dan kawan-kawan belum ada dapat kabar dapat bantuan, tetapi semoga saja juga dapat," harapnya jujur.

Kepada wartawan, ia mengaku berdoa dalam setiap ibadahnya agar wabah virus menular ini segera sirna. Sebab bagi Mugni dan kawan-kawan, wabah ini benar-benar membuat penghasilan mereka merosot tajam.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X