Wabah virus corona Covid-19 di Kabupaten Tanah Bumbu, menyebabkan perekonomian masyarakatnya terganggu. Usaha rumahan juga terdampak
-- Oleh: Karyono, Batulicin --
SEJAK 9 tahun lalu, Mahmud Ropi (51), menekuni usaha pembuatan tempe gembos. Ayah dua anak ini membuka tempat usahanya itu di belakang rumah yang terletak di Kompleks Perumahan Bumi Datarlaga, Blok U No 18 RT 12, Desa Sarigadung, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanbu.
Rumah itu pun hadiah dari pemilik perumahan dalam program “Rumah Gratis”. Semenjak wabah corona mulai melanda, usaha tempe gembosnya ikut tertekan. “Pendapatan turun,” ujar Mahmud, kepada Radar Banjarmasin, kemarin. Dijelaskannya, penurunan pendapatan itu disebabkan bahan baku untuk membuat tempe gembos berkurang, sehingga produksi tempe gembosnya juga dikurangi. “Sebelum wabah corona, produksi tempe gembos saya sehari bisa mencapai 300 bungkus, kalau sekarang hanya 150-200 bungkus saja,” jelasnya.
Tempe gembosnya dijual di pasar dengan harga Rp600 perbungkus. Biasanya, Mahmud menitipkan tempe gembosnya kepada pedagang di Pasar Ampera Kelurahan Tungkaran Pangeran dan kadangkadang di Pasar Harian Batulicin. Sebelum ada wabah corona, Mahmud mengaku dalam sehari bisa menghasilkan Rp65 ribu bersih. Tapi sekarang rata-rata hanya Rp20-25 ribu. “Alhamdulillah setiap hari habis terjual. Namanya rejeki cuma segitu ya harus dicukup- cukupi dan disyukuri,” katanya.
Keuntungan yang diperoleh dari menjual tempe gembos itu dibelikan Mahmud beras dan sayur untuk keperluan makan istri dan dua anaknya yang kondisinya tuna netra. “Kadang-kadang kalau ada sisa saya belikan ikan. Kalau tidak ada, makan pakai tempe gembos, disayur atau digoreng juga enak,” ujar Mahmud. Mahmud mengaku, selama wabah corona melanda Indonesia, baru dua kali menerima bantuan, yakni berupa beras 10 kg dan uang sebesar Rp600 ribu.
“Bantuan beras saya terima sekitar 3 minggu lalu. Kalau uang baru beberapa hari lalu, saya ambil bantuannya di kantor desa,” terangnya. Selain bantuan itu, Mahmud mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apa-apa lagi. Padahal setahun lalu, kata Mahmud pernah ada staf dari Dinas Sosial datang ke rumah untuk melakukan pendataan.
“Saya dimintai fotokopi KK. atanya mau didata sebagai penerima bantuan. Tapi sampai sekarang bantuan dari Dinas Sosial tidak pernah saya terima,” ucapnya.
Mahmud berharap mendapat bantuan dari pemerintah yang disalurkan melalui Dinas Sosial, karena dia merasa layak sebagai penerima bantuan tersebut. “Mudah-mudahan wabah Covid-19 ini segera berakhir,” ujarnya. (kry/bin/ema)