BANJARBARU - Sekitar tiga bulan sudah sejumlah tenaga medis di rumah sakit rujukan harus berjibaku menangani para pasien virus corona atau Covid-19. Namun, hingga kini beberapa dari mereka ternyata belum menerima apresiasi berupa insentif dari pemerintah.
Wakil Ketua Harian Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, sampai saat ini baru tim kesehatan Covid-19 yang bertugas di RSUD Ulin Banjarmasin dan RS Anshari Saleh yang menerima insentif. "Sedangkan tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan yang lain masih belum," katanya, kemarin.
Dia mengungkapkan, pencairan insentif untuk tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 di rumah sakit rujukan lain. Seperti, RSD Idaman Banjarbaru, RSUD Boejasin Pelaihari dan RSUD Brigjend H Hasan Basery Kandangan masih dikaji Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Kalsel.
"Karena sebelumnya, jumlah usulan mereka (RS rujukan) belum masuk. Misal di RSD Idaman ada berapa tenaga kesehatan, kita belum tahu," ungkapnya.
Ditanya, sudah ada berapa tenaga medis yang menerima insentif. Hanif mengaku harus membuka datanya. "Saya lupa ada berapa. Yang jelas satu orangnya dapat Rp155 ribu per hari," bebernya.
Secara terpisah, Direktur RSD Idaman Banjarbaru Indah Kabari membenarkan jika tim kesehatan Covid-19 mereka belum menerima insentif. "Di tempat kami ada 50 tenaga medis yang menangani Covid-19. Dan semuanya belum menerima insentif," paparnya.
Dia menyampaikan, insentif dari Pemprov Kalsel belum cair lantaran pihaknya yang terlambat mengajukan usulan. "Jadi bukan karena provinsi yang terlambat mencairkan," ucapnya.
Dijelaskan Labati, mereka terlambat mengajukan usulan ke Pemprov dikarenakan sebelumnya pihaknya sudah membuat usulan ke Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru untuk dikirim ke Kementerian Kesehatan. Namun, ternyata usulan lewat Pemko harus menunggu data dari Puskesmas. "Sementara dari puskesmas belum selesai-selesai, jadi baru saya alihkan permohonannya ke provinsi," pungkasnya. (ris/ran/ema)