Siap Dimaki, Penanganan Corona di Pelosok Pulau laut Lebih Ketat dari Pusat Kota

- Sabtu, 30 Mei 2020 | 10:34 WIB
SIAP DIMAKI: Walau berjaga 24 jam dengan standar penanganan yang ketat. Padahal relawan pos corona di pelosok Kotabaru tidak ada gaji | Foto: Zalyan S Abdi/Radar Banjarmasin
SIAP DIMAKI: Walau berjaga 24 jam dengan standar penanganan yang ketat. Padahal relawan pos corona di pelosok Kotabaru tidak ada gaji | Foto: Zalyan S Abdi/Radar Banjarmasin

Jauh dari pusat kota, ditambah akses darat yang sulit, tidak membuat kendor protokol pos corona. Bahkan, beberapa warga dari kota menyatakan penanganan di desa lebih baik.

---

Fryan pasrah. Petugas menyemprot motornya dengan cairan disinfektan. Padahal Fryan masih berada di atas kendaraan. "Saya tutup helm, masih disemprotnya. Untung enggak kena muka," katanya usai melewati pos di Desa Tanjung Lalak, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan.

Dia baru saja datang dari pusat kota. Mengunjungi keluarga di Tanjung Lalak. Berlebaran.

Geser sekitar 60 kilometer dari sana. Di Desa Labuan Mas, Kecamatan Pulau Laut Selatan, warga yang baru mudik dari luar kota diminta mengasingkan diri ke gunung. "Kalau enggak mau. Enggak boleh masuk desa. Itu pun di gunung, dia cuma boleh kerja di kebun, menebas (gulma)," kata Heriansyah warga Labuan Mas.

Labuan berada di ujung tenggara. Tepat di pesisir. Akses darat sulit. Desa tetangga biasa ke sana lewat laut. Ada tiga pintu masuk laut. Dua ditutup. Sisanya dibuka dengan penjagaan super ketat.

Tidak ada nelayan masuk tanpa diperiksa dengan alat deteksi suhu badan. Nelayan biasa membawa penumpang dari desa tetangga atau pulau-pulau kecil di sekitar sana. "Itu sebenarnya keinginan para relawan. Mereka yang begitu aktif. Tanpa gaji. Karena ingin melindungi orang-orang desa," kata Kades Labuan Mas, Duriansyah.

Tapi, semua petugas desa di Kecamatan Pulau Laut Selatan baru saja panik. Bupati mengumumkan seorang anak usia empat tahun positif corona. Ayah si anak, adalah staf Desa Tanjung Seloka. Salah satu jemaah Gowa. Walau anaknya positif, staf itu negatif. "Mungkin daya tahan tubuhnya kuat," kata Multi, warga Tanjung Seloka.

Staf ini sebelum Lebaran menginap di kantor kecamatan. Saat itu, banyak kades dan aparat desa juga berkumpul.

Rapat mendadak pun digelar. Polisi di bawah komando Kapolsek Pulau Laut Selatan Iptu Amir Hasan bergerak taktis. Semua anggota diperintahkan sosialisasi masker.

Pakai kendaraan di jalan tidak bermasker disuruh pulang. Bandel atau mengejek petugas, push up di tanah. Sudah banyak remaja yang menelan malu push up. "Saya dibilang anak-anak polisi dajjal. Biar saja. Yang penting mereka selamat," kata Amir.

Kepala Desa Tanjung Serudung, Hasmuddin Noor membenarkan polisi Amir keliling terus kalau malam. “Memeriksa warga," akunya.

Amir mengatakan hampir semua kepala desa di sana kooperatif. "Makanya di sini ketat. Karena Kades dan warga pro aktif. Memang masih ada Kades yang susah, menganggap remeh masalah corona ini," ungkapnya.

Zainul Abidin, relawan yang berjaga di pintu masuk Pulau Laut Selatan mengaku mereka ada dua sampai tiga shift. Bekerja sukarela. Tanpa gaji. Tambah menelan makian. "Kadang kami harus memusut dada. Masih banyak warga marah-marah kalau diperiksa," akunya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X