Tambang Emas Meratus Makan Korban (Lagi)

- Selasa, 2 Juni 2020 | 12:51 WIB
EVAKUASI: Aparat dan warga mengevakuasi korban tambang emas di Meratus ke Desa Buluh Kuning Kecamatan Sungai Durian. | FOTO: POLSEK SUNGAI DURIAN FOR RADAR BANJARMASIN
EVAKUASI: Aparat dan warga mengevakuasi korban tambang emas di Meratus ke Desa Buluh Kuning Kecamatan Sungai Durian. | FOTO: POLSEK SUNGAI DURIAN FOR RADAR BANJARMASIN

Puluhan atau mungkin lebih seratus warga yang tinggal di lereng pegunungan Meratus, Gunung Putri, dihebohkan dengan gemuruh hebat. Lereng gunung longsor. Menghantam permukiman para penambang emas. Sedikitnya enam orang meninggal.

----

Sudah puluhan tahun lalu, beberapa kawasan Meratus yang masuk Kabupaten Kotabaru ditambang warga. Sistem manual. Menggali tanah mencari emas.

Walau penuh risiko, namun hasil yang didapat cukup menggiurkan. Membuat banyak orang datang ke lereng Meratus. Membawa kerabat, bermukim di sana.

Salah satu titik favorit penambang manual itu berada di Desa Buluh Kuning Kecamatan Sungai Durian. Tepatnya di Gunung Putri. Gunung ini, mengutip keterangan Plt Kepala BPBD Kotabaru, Rusian Ahmadi Jaya, masuk kawasan hutan lindung.

Dulu sekali, Gunung Putri merupakan kawasan rimba. Khas hutan hujan tropis Meratus. Manusia bertambah, aktivitas meluas. Hutan itu pun dirambah. Bahkan oleh korporasi besar. "Dulu ada perusahaan PT Meratus Sumber Mas survei ke sana," kata Rusian Ahmadi Jaya. Lelaki bertubuh sehat ini, biasa disapa nama terakhirnya saja.

Jaya sempat mendampingi korporasi. Di zaman ia muda. Apa yang ia saksikan? Emas melimpah. "Katanya, hanya 25 karung bawa emas, modal (korporasi) sudah ketutup semua," kenang Jaya bercerita kepada Radar Banjarmasin, petang kemarin.

Entah mengapa, hingga sekarang korporasi itu belum menambang skala besar. "Tapi ada masih penjaganya. Lokasinya jauh di gunung. Kalau jalan kaki sekitar lima jam."

Harta karun itu pun terendus warga luar. Awalnya sedikit yang menggali lereng gunung. Lama-lama semakin banyak. Hingga sekarang. Ada yang datang dari Kediri, Pelaihari, Binuang. Macam-macam.

Mereka datang bertaruh nasib. Membuat tenda atau pondok. Lama-lama, kerja keras itu membuahkan hasil. Uang hasil penjualan dikirim ke kampung. Sisanya bikin rumah sederhana di Gunung Putri, yang lumayan nyaman ditinggali. "Sekarang sudah seperti kampung di sana," ungkap Jaya.

Para penambang biasa menjual emas ke pengepul lokal. Salah satu kawasan pengepul favorit ada di Desa Malangkaian Kecamatan Hampang. Desa ini walau berada di ujung Kotabaru, tapi denyut nadinya hidup. Jika tambang lagi ramai, bengkel sepeda motor biasa buka sampai malam.

Sepeda motor di sana dipermak sedemikian. Motor bebek butut, disulap jadi trail tinggi. Agar bisa masuk hutan. Bengkel pun wajib punya skill tambahan ini jika ingin ramai dikunjungi pelanggan.

Warung tenda pun ramai. Para penambang jika lagi banyak rupiah biasa nongkrong ngopi. Atau main biliar. Di warung-warung ini juga biasa rawan terjadi perkelahian antar pria.

Perputaran uang yang tinggi itu kontras dengan tingkat pendidikan yang rendah. Khas pedalaman Meratus.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X