Masa Pandemi, Warga Enggan Berobat ke Rumah Sakit; Bangsal Umum Lengang, RS Fokus ke Covid-19

- Kamis, 11 Juni 2020 | 14:18 WIB
FOKUS COVID-19: Rumah Sakit daerah Ratu Zaleha di Martapura tak banyak lagi menerima pasien selain Covid-19. | DOK/RADAR BANJARMASIN
FOKUS COVID-19: Rumah Sakit daerah Ratu Zaleha di Martapura tak banyak lagi menerima pasien selain Covid-19. | DOK/RADAR BANJARMASIN

Covid-19 benar-benar mengeliminasi pelayanan untuk penyakit lain. Lambat laun, seiring dengan penambahan pasien, rumah sakit tidak lagi memiliki banyak pelayanan untuk penyakit lainnya, semua terfokus ke pasien Covid-19. Warga sendiri enggan ke rumah sakit jika memiliki keluhan kesehatan.

----
Direktur RSUD Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin Izaak Zoelkarnaen mengaku, sebanyak 115 pasien Covid-19 yang tengah dirawat ditempatnya, jauh tak sebanding dengan pasien umum. Jumlah pasien umum di luar melahirkan, hanya sekitar 30 pasien. “Hampir semua rumah sakit rujukan sekarang diisi pasien Covid-19,” ujarnya.

Di RSUD Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin, total tempat tidur yang ada untuk seluruh pasien sebanyak 350 lebih yang tersebar di lima gedung. Sementara yang difungsikan untuk perawatan pasien Covid-19 sebanyak 115 tempat tidur.

Izaak menyampaikan, meski tren pasien Covid-19 terus bertambah. Namun di sisi lain, pasien umum tak mengalami lonjakan. Sehingga tempat tidur masih cukup. “Makanya satu gedung lagi akan kami renovasi untuk penanganan Covid-19 agar tak menyatu dengan perawatan pasien lain,” papar Izaak.

Kunjungan pasien berobat jalan ke Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha (Raza) Martapura memang menurun drastis. Sejak status pandemi merebak di Kabupaten Banjar misalnya, warga takut melakukan konsultasi kesehatan karena Covid-19. Hampir semua warga enggan berobat ke rumah sakit karena takut tertular virus Covid-19.

Salah satu contoh adalah Anang, pasien dengan gejala batuk. Keluarga yang khawatir membawanya upname ke Raza. “Sebelum masuk ke ruang perawatan, saya harus melalui prosedur di IGD. Transit sementara ke ruang isolasi karena sesak nafas dan beberapa kali demam tinggi,” ujar Anang.

Dirinya diminta oleh petugas menjalani pemeriksaan standart yaitu tes darah, rontgen, dan tes rapid. Sejak awal, dia mengaku punya penyakit tuberculosis. Anang bisa keluar dari isolasi Covid-19 setelah dinyatakan dokter sakitnya murni TBC. Rapidnya juga negatif.

“Saya dipindah petugas kesehatan ke ruang rawat inap penyakit dalam. di ruangan kelas 3 saya sendirian. Sepi dari pasien. Keluarga juga dibatasi menjenguk. Beda di ruang isolasi, penuh,” kata Anang, menceritakan pengalamannya berobat ke Raza, kemarin.

Rumah sakit juga sendiri membatasi layanan poli kesehatan. Para dokter yang libur bertugas di Poli Pelayanan Kesehatan dialihkan untuk membantu penanganan Covid 19. Sebagian spesialis diperbantukan ke beberapa fasilitas kesehatan. Penugasan itu berlangsung selama poli tempat mereka praktek ditutup atau dibatasi sementara oleh manajemen.

Kepala Dinas Kesehatan Banjar Diauddin menjelaskan, kunjungan pasien sangat lengang di masa pandemi. Warga malah memilih konsultasi melalui telepon genggam kepada kenalan yang mengerti kesehatan. Sejak Covid-19 mengganas di Banjar, pelayanan ruangan rawat inap sepi. Data terakhir, 237 bed tersedia, hanya diisi 68 pasien rawat inap atau 189 kosong.

“Beda dengan ruang isolasi hanya 8 bed. Petugas kewalahan dan kekurangan Kasur. Padahal tidak semua positif, mereka masuk ruang isolasi rumah sakit karena menunggu hasil tes swab. Hasilnya lama dan pasien keburu stres,” ujarnya.

Diauddin meminta warga tidak kaget bila peningkatan kasus pasien terkonfirmasi positif bertambah setiap hari. Kesulitan bidang kesehatan itu adalah hasil swab yang lama. Gugus tugas mengirim 550 swab ke lab, hasilnya baru diperoleh 190-an. Artinya, masih banyak yang belum diketahui positif atau negatif covid.

Sementara itu, kasus baru Covid-19 di Kalsel terus mengalami penambahan. Kemarin, penambahan kembali melonjak sebanyak 127 kasus, total kasus Kalsel mencapai 1.565 kasus.

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kalsel M Muslim mengungkapkan, penambahan kasus baru ini, paling banyak berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 29 kasus, disusul Barito Kuala 23 kasus, Tanah Laut 22 kasus, Kotabaru 18 kasus, Hulu Sungai Selatan 12 kasus, Kota Banjarmasin 10 kasus, Kabupaten Banjar 8 kasus dan Kota Banjarbaru 5 kasus baru.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelanggar Perda Ramadan di HSS Turun Drastis

Selasa, 16 April 2024 | 14:40 WIB

Investor Masuk, Orientasi PAM Bandarmasih Berubah?

Senin, 15 April 2024 | 17:00 WIB
X