Kisah Klaster Gowa yang Jadi Inspirasi di Rumah Sakit Karantina Kotabaru

- Rabu, 17 Juni 2020 | 14:26 WIB
BAWA OPTIMISME: Cu'mal (pakai peci) pulang setelah berhasil sembuh dari Covid-19. Sosoknya jadi inspirasi selama masa karantina di RSUD Stagen Kotabaru. | Foto: IST
BAWA OPTIMISME: Cu'mal (pakai peci) pulang setelah berhasil sembuh dari Covid-19. Sosoknya jadi inspirasi selama masa karantina di RSUD Stagen Kotabaru. | Foto: IST

Kata siapa klaster Gowa menakutkan? Cu'mal buktinya. Ketika ia sembuh dan pulang, orang-orang merasa kehilangan. Dia sempat diberi gelar Pembakal Karantina.

-- Oleh: ZALYAN SHODIQIN ABDI, Kotabaru --

30 tahunan silam. Cu'mal lahir di pesisir Pulau Laut bagian barat daya. Beranjak anak-anak, karakternya mulai terlihat: nakal dan periang.

"Sukanya bikin nangis anak perempuan. Nakal sekali," ujar Edy, pamannya.

Kata Edy, sekotor-kotornya anak desa, Cu'mal contoh yang ekstrim. "Ingusnya hampir gak sembuh-sembuh. Kami gelari dia collong (bahasa Mandar artinya ingus)," kekehnya.

Suatu waktu, Edy dan Cu'mal ikut sunatan massal. Walau paman dan ponakan, usia mereka tidak terpaut jauh.

Lama mereka baru sembuh. Pasalnya Cu'mal habis disunat langsung main bola. "Pakai sarung. Injak tai ayam. Sampai infeksi punya saya," tuturnya kembali terbahak.

Beranjak remaja, perjalanan hidup berubah. Edy melanjutkan sekolah. Cu'mal merantau. Kerja serabutan. Banyak kota dilihatnya. Beragam pergaulan dimasukinya.

Singkat cerita. Puluhan tahun berlalu. Edy kerja di tambang. Cu'mal balik kampung. Pakai jubah, janggut panjang. Istrinya pakai cadar. Gegerlah orang kampung. Apalagi saat Cu'mal azan dan imam di langgar.

Siapa sangka?

Tapi dia tidak banyak berubah. Hanya rajin salat. Lawakannya dan cara bergaulnya masih sama. Tidak juga ia tetiba jadi ustadz menceramahi orang sekampung. Ia memilih jualan.

Selain jubah dan sifat jailnya yang berkurang, cengiran isengnya masih sama dengan Cu'mal kecil yang dulu dikenal warga.

Tibalah saat tabligh akbar di Gowa Sulsel. Pemuda ini berangkat bersama ayahnya. Pulang ia sehat. Sebulan di kampung, dirinya pun dites. Seminggu kemudian hasil ke luar: positif.

"Gak papa, kesehatan itu rezeki Tuhan," begitu pesannya kepada keluarga saat ia dibawa ke kota. Menjalani masa karantina.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X