Menarik Delman di Tengah Pandemi: Kobra Takut Preman, Payung Mas Emoh Merajuk

- Rabu, 24 Juni 2020 | 13:07 WIB
CARI REZEKI: Kobra alias Arifin menarik delman di Simpang Pengambangan. Setiap hari ia bolak-balik antara Kabupaten Banjar dan Banjarmasin. | FOTO: MAULANA/RADAR BANJARMASIN
CARI REZEKI: Kobra alias Arifin menarik delman di Simpang Pengambangan. Setiap hari ia bolak-balik antara Kabupaten Banjar dan Banjarmasin. | FOTO: MAULANA/RADAR BANJARMASIN

Kobra punya teman baik, namanya Payung Mas. Keduanya berjuang mencari rezeki di tengah pandemi yang melesukan ekonomi.

-- Oleh: MAULANA, Banjarmasin --

PANDEMI menghantam lebih keras pada wong cilik. Salah satu yang merasakannya adalah Arifin, 45 tahun. Penarik delman yang tak lagi leluasa menawarkan jasa rekreasi.

Sekarang, warga Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar itu sedikit lega setelah PSBB dicabut. Sebelumnya, untuk menerobos perbatasan Banjarmasin, dia harus memutar. Menyusuri jalan-jalan desa.

"Ke Banjarmasin tidak bisa lewat jalan kota. Dari rumah di Gambut, masuk ke Desa Pematang Panjang, Sungai Tabuk, Sungai Lulut, hingga sampai ke Jalan Veteran," kisahnya.

Minggu (21/6) siang, penulis berpapasan dengannya di Simpang Pengambangan, Banjarmasin Timur. Dia tengah sibuk memberi makan kuda yang diberi nama Payung Mas. Sementara Arifin, oleh teman-temannya dijuluki Kobra.

Delman itu cukup ditumpangi lima sampai enam anak. Tapi cuma muat untuk empat orang dewasa. Sekali naik, rutenya sekitar 500 meter.

"Biasanya mangkal di Taman Kamboja di Jalan Anang Adenansi. Tapi selama musim corona, tempat wisata kan ditutup," keluhnya.

Kobra tak punya banyak pilihan. Dia tetap harus menarik delmannya untuk mencari nafkah. "Jadi saya sekarang mainnya ke desa dan kompleks. Tempat wisata kan belum bisa," tambahnya.

Toh rezeki sudah ada yang mengatur. "Ada saja uangnya. Bisa dikumpulkan untuk membayar angsuran rumah, memberi makan untuk istri dan dua anak," sebutnya.

Apalagi setelah lebaran kemarin, Arifin bisa tersenyum lebar. "Kemarin panen rezeki. Sampai membawa pulang Rp500 ribu," ujarnya semringah.

Sudah tiga tahun terakhir ia menarik delman. Sementara Payung Mas adalah kuda asal Sumba. Dulu milik sersan TNI asal Nusa Tenggara Barat.

"Dulu maunya beli mobil pikap. Rencananya mau jualan sayur. Tapi saran teman, lebih baik menarik delman. Membeli kuda ini harganya Rp130 juta. Sempat pesimis juga. Tapi ternyata sampai sekarang masih bertahan," bebernya.

Kobra punya aturan tidak tertulis. Kotoran kuda tidak boleh berceceran di jalan raya. Sekalipun julukannya sangar, Kobra sebenarnya ramah dan santun. Kobra bahkan takut sama preman.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X