Di tengah pagebluk, aktivitas bersepeda tiba-tiba ngetren. Padahal wabah belum ditaklukkan. Penularannya belum menunjukkan tren menurun.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
BANJARMASIN mencatat 1.213 kasus positif COVID-19, kemarin (24/6). Padahal, tiga hari sebelumnya masih 1.105 kasus. Artinya, dalam tiga hari saja bertambah seratus kasus.
Sementara perbandingan antara yang sembuh dan meninggal dunia, masih terlalu sedikit. Zona merah masih disandang Kota Seribu Sungai.
Tapi pada malam-malam yang dingin, jalan-jalan kota tampak ramai dengan pesepeda. Pemandangan yang lazim sejak status PSBB dicabut pada awal Mei lalu.
Terutama sore sampai malam hari, jalanan dipadati pegowes dari tua sampai muda. Ada yang mengayuh sendirian, banyak pula yang bergerombol. Kian marak saat memasuki akhir pekan.
Rute yang dijajal umumnya sekitar Siring Piere Tendean, Nol Kilometer sampai Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Lalu flyover Gatot Subroto sampai gerbang batas kota.
Dalam keadaan normal, tentu mengasyikkan. Tapi di masa pagebluk, mending pikir-pikir dulu.
Pantauan Radar Banjarmasin, sayangnya, tak sedikit pesepeda yang tidak mengenakan masker atau abai menjaga jarak. Alasan yang diutarakan beragam. Dari kesulitan bernapas, hingga masker yang tertinggal di rumah. Klise.
Tapi tak sedikit pesepeda yang jujur. Sekadar ikut-ikutan tren. Karena ramai sekali konten bersepeda di media sosial.
"Di kota-kota lain pada ramai. Makanya saya coba. Ternyata seru," beber M Hidayat, salah seorang pesepeda yang ditemui di Siring Sudirman.
Dia mengaku baru keranjingan olahraga ini. Sebelum pagebluk, dia lebih memilih futsal.
"Tapi karena lapangan futsal masih ditutup, jadi memilih sepeda. Tapi memang enggak seseru bersepeda," tambahnya terkekeh.
Senada dengan temannya, Ibnu Razak. Pemuda 21 tahun ini menganggap Banjarmasin sudah memasuki fase new normal.