BANJARMASIN - Melahirkan di tengah pagebluk, bukan menakutkan bagi sang ibu. Tapi juga bagi yang membantu persalinan, para bidan.
Sudah menjadi kewajiban mereka untuk menolong ibu dan si bayi. Sisi lain, menghadapi musuh tak terlihat. Maka bidan pun harus menaati protokol ketat.
"Bidan harus menggunakan APD (alat perlindungan diri) level 2," kata Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kalsel, Supri Nuryani.
Selain APD, dia berharap para ibu hamil memahami. Menjelang hari kelahiran, harus rapid test lebih dulu.
"Biar lebih aman," tambahnya, Sabtu (27/6) di sela acara Hari Keluarga Nasional XXVI dan milad IBI ke-69 di Aula BKKBN.
Masalahnya, ongkos rapid memberatkan keluarga pasien. Bagi bidan yang bertugas di pelosok daerah, juga tak mudah mendapatkan alat tes.
Maka ia berharap besar kepada bantuan pemerintah. "Solusi sementara, praktik mandiri bidan menyiapkan rapid test. Jadi masuk biaya persalinan," jelas Nuryani.
Sementara itu, Kepala BKKBN Perwakilan Kalsel, Ramlan mengatakan, memang sudah ada bantuan APD ke kabupaten dan kota. Tapi diakuinya jumlahnya tak banyak.
"Baru-baru tadi menyerahkan 400 lembar hazmat untuk bidan," sebut Ramlan.
Seusai acara, digelar sosialisasi pasca persalinan dan pasca keguguran di era new normal. Pesertanya 40 bidan dari berbagai daerah di Kalsel. (gmp/fud/ema)