BANJARBARU - Berbulan-bulan ditutup, hingga kini belum ada keputusan kapan sekolah dan pesantren bisa kembali dibuka untuk aktivitas belajar dan mengajar.
Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kalsel, Eko Sanyoto mengatakan, belajar akan tetap dilakukan di rumah selama Kalsel masih berada dalam zona merah Covid-19. "Karena sudah ada arahan dari Kemendikbud (Kementerian dan Kebudayaan). Hanya daerah zona hijau yang boleh melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah," katanya.
Dia mengungkapkan, selama daerah belum memasuki zona hijau, sangat berisiko apabila membuka kembali sekolah ataupun pesantren. "Kita harus mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan peserta didik dan pendidik," ungkapnya.
Lalu bagaimana jika siswa jenuh terlalu lama belajar dari rumah? Kepala SMAN 1 Martapura ini menyampaikan, sekolah terus berupaya agar siswa tidak bosan. Dengan cara memberikan pelajaran melalui beberapa media online. "Pemberian pembelajaran bisa berupa video, kuis maupun penugasan, untuk menyiasati supaya anak-anak tidak bosan," ucapnya.
Lanjutnya, isi pembelajaran sendiri banyak kaitannya dengan kondisi saat ini. Sehingga, para siswa diharapkan bisa menjadi yang pertama menyadarkan tentang pentingnya berdiam di rumah selama pandemi Covid-19.
"Mereka juga bisa menyampaikan ide-ide tentang hal yang bisa membantu penanganan corona. Di samping itu informasi-informasi terus diberikan dan ada tanya jawab lewat grup. Serta, materi yang diajarkan harus menarik supaya anak-anak tidak bosan tinggal di rumah," bebernya.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, M Yusuf Effendi. Menurutnya, sekolah di Kalsel akan tetap melaksanakan belajar dari rumah sebelum menjadi daerah zona hijau Covid-19. "Kami cermati semua kabupaten/kota di Kalsel sekarang semuanya menjadi zona merah. Sehingga, tidak mungkin siswa belajar di sekolah," ungkapnya.
Dia menyampaikan, pembelajaran di rumah dilaksanakan dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan tidak perlu mengukur ketercapaian kurikulum secara keseluruhan untuk kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik.
"Pembelajaran di rumah tidak hanya memfokuskan pada muatan akademik, melainkan juga memberikan pelajaran kecakapan hidup untuk menghindari penularan Covid-19. Misal, imbauan ke siswa tentang pentingnya pakai masker dan perilaku hidup bersih," ujarnya.
Agar siswa tidak jenuh, menurutnya harus ada peran orang tua untuk menciptakan suasana belajar di rumah agar tidak membosankan. "Jadi koordinasi dan kerjasama yang intensif antara satuan pendidikan dan orang tua untuk keberhasilan pembelajaran di rumah sangat lah penting," bebernya.
Sementara itu, meski tahun ajaran baru kian dekat. Melihat kondisi pandemi sekarang, Dinas Pendidikan Banjarbaru juga tidak ingin mengambil risiko untuk kembali menerapkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
"Kami di daerah Insya Allah belum menurunkan anak-anak ke sekolah jika situasi Covid-19 ini belum aman. Sehingga pola pembelajaran daring dan dari rumah tetap akan dilaksanakan hingga situasi sudah memungkinkan," tegas Kepala Dinas Pendidikan Banjarbaru, M Aswan.
Saat ini, diklaim Aswan, Disdik Banjarbaru tengah menyusun protokol pencegahan Covid-19 di lingkup sekolah. Agar nantinya ketika kembali belajar di sekolah, protokol kesehatan sudah siap dan bisa diaplikasikan. "Jadi kalau nanti memang turun, maka kita akan terapkan protokol kesehatan pencegahan. Tetapi sampai saat ini kita belum menurunkan anak-anak ke sekolah," lanjutnya.
Secara terpisah, Psikolog Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Sukma Noor Akbar menjelaskan, secara psikologis terlalu lama belajar dari rumah berdampak besar bagi siswa. Sebab, siswa mesti beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Seperti penggunaan teknologi dengan metode pembelajaran daring, tugas yang terlalu banyak dan program pemberlajaran yang kurang jelas.