Old But Gold, Toko Konsinyasi yang Terilhami dari Dampak Pandemi

- Rabu, 1 Juli 2020 | 11:18 WIB
BERSENI: Toko Old But Gold di Km 33 Banjarbaru menjadi perantara jual-beli barang offline. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
BERSENI: Toko Old But Gold di Km 33 Banjarbaru menjadi perantara jual-beli barang offline. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

Di masa pandemi, orang-orang bantak berjual barang untuk mengatasi kelesuan ekonomi keluarga. Sebuah toko yang baru dibuka di Banjarbaru menangkap peluang itu.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Ahmad Zaini membawa sepedanya ke Banjarbaru, sore kemarin. Sepeda tua bermerk Phoniks itu bermaksud dititipkan ke sebuah toko di bilangan Jalan A Yani Km 33.

Kepada wartawan, Izay--panggilan akrabnya-- mengatakan bisnisnya sedang lesu. Sudah empat bulan sejak darurat pandemi, usaha wedding organizer-nya tidak mendapatkan klien. Larangan pemerintah untuk berkumpul membuat orang enggan menggelar acara perkawinan.

Izay lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya di Jalan Menteri Empat, Martapura. Seluruh tabungannya terkuras untuk menutupi pengeluaran harian. Sementara itu, tidak ada kejelasan kapan ekonomi benar-benar pulih.

Izay pun mulai berpikir untuk menjual beberapa barangnya. Salah satunya adalah sepeda tua peninggalan kakeknya. "Daripada tak terawat dan hancur lebih baik saya jual, mungkin ada yang bisa merawatnya," ucapnya.

Izay mengatakan awalnya dia menjual sepeda itu di sebuah situs jual beli barang online. Namun, tak kunjung ada yang menaksir. Dia akhirnya melihat sebuah postingan di media sosial tentang Old But Gold, sebuah toko yang baru buka, yang berbisnis jual beli dan titip barang.

"Saya hanya diminta kirimkan foto sepeda saya, lalu setelah diterima, barang bisa dibawa ke toko untuk dititip-jualkan," katanya. "Ini barang langka, sepeda seperti ini sudah jarang ada," promosinya kepada wartawan.

Pantauan wartawan sepeda Izay langsung dipajang di dalam toko sementara dia menandatangani beberapa klausul penitipan barang. Owner toko, Rika Hadi, mengatakan penandatangan itu dilakukan antara penitip dan toko sebagai persyaratan kerjasama konsinyasi. "Ini toko konsinyasi, jadi kami mengambil keuntungan sedikit dari yang menitip barang," ujarnya.

Dia mengatakan ide mendirikan toko konsinyasi barang memang terinspirasi dari kesulitan masyarakat di masa pandemi. Di masa sulit, pembatasan membuat ekonomi tidak jalan. PHK terjadi di mana-mana. Banyak yang harus menjual barang untuk bertahan hidup.

Permasalahannya mereka tidak memiliki toko untuk menjualnya. Jual di lapak online pun susah karena barang bekas biasanya harus dicek oleh pembeli langsung.

Untuk menjembatani peluang itu, Rika pun membuka sebuah ruko di pinggir jalan A Yani, Km 33 Banjarbaru. Harapannya Old But Gold bisa menjadi outlet bagi mereka yang ingin berbisnis barang bekas. "Banyak juga kan mahasiswa atau karyawan yang tidak cukup uang untuk membeli barang atau perabotan, nah mereka bisa membeli ke Old But Gold, karena di sini semuanya dijual dengan harga miring," ucap wanita yang juga berprofesi sebagai penulis ini.

Meski demikian, Rika mengatakan tidak semua barang di Old But Gold adalah barang seken. Beberapa barang ada yang baru. Seperti furniture, meja, kursi, cermin beraneka bentuk dan beberapa ornamen hiasan. "Rasionya sekitar 50-50," ucapnya.

Pantauan wartawan beberapa barang yang dipajang memang banyak yang baru. Ada lonceng, meja konsul, nakas, kursi tools, Beberapa mebel ucap Rika, didatangkan dari Jawa. "Kebetulan kita bekerjasama dengan perajin di Jawa dan juga galeri milik seniman," ucapnya seraya menambahkan kebijakan tokonya memang memprioritaskan barang-barang seni. "Ya, kayak-kayak galeri lah."

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X