Antara Guru dan Ustaz

- Selasa, 7 Juli 2020 | 09:42 WIB
Masroliyan Nor, S.Pd.I, M.Pd, Kepala MAS Ainul Amin Balangan
Masroliyan Nor, S.Pd.I, M.Pd, Kepala MAS Ainul Amin Balangan

Di Indonesia, sebutan untuk pendidik di sekolah secara umumnya ada dua. Guru dan ustaz (perempuan ustazah). Guru merupakan sebutan bagi pendidik, baik di sekolah umum maupun sekolah agama. Sedangkan ustaz merupakan sebutan di sekolah yang berbasis agama, khususnya agama Islam.

===========================
Oleh: Masroliyan Nor, S.Pd.I, M.Pd
Kepala MAS Ainul Amin Balangan
===========================

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sebutan untuk guru itu banyak, sesuai dengan bidang apa yang diajarkannya.

Ada guru agama dan umum (sesuai mata pelajaran disekolah), guru bantu, honorer, guru besar (profesor), guru mengaji, guru silat, guru musik dan sebagainya. Sedangkan ustaz, adalah guru agama atau guru besar (laki-laki) atau tuan. Dalam bahasa Arab, kata ustaz berarti guru atau pengajar.

Dilihat dari pengertian, antara guru dan ustaz/ah, sebenarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama. Keduanya memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada anak didiknya agar menjadi orang yang berilmu dan mendapatkan kesuksesan di dalam hidup. Baik di dunia dan akhirat kelak. 

Yang menjadi perbedaan adalah tempat mengajar dan mata pelajaran yang diampunya. Ketika ia mengajar di sekolah berbasis agama, pondok pesantren atau mengajar mata pelajaran agama (Islam), maka disebut ustaz. Ketika ia mengajar di sekolah umum dan mengajar mata pelajaran umum, disebut guru.

Selain itu, ada perbedaan yang sangat mencolok antara guru dan ustaz. Terkait dalam berpakaian dan kebiasaan memakai perhiasan dalam penampilannya sehari-hari, baik di lingkungan sekolah saat mengajar maupun di masyarakat. Dari segi pakaian, ustaz biasanya memakai pakaian muslim, baju koko dengan lengan panjang (sebagaian pakai kopiah) dan celana yang longgar. Sedangkan ustazahnya pakai baju kurung (jubah) atau baju lebar dan panjang menutup pantat, memakai rok lebar dan kerudung (jilbab).

Gaya berpakaian seperti itu diterapkan di sekolah setiap harinya, sehingga terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika di rumah dan bergaul di masyarakat pun mereka berpakaian yang seperti itu. Ketika menghadiri acara resepsi perkawinan, belanja ke pasar, ulang tahun, selamatan, rekreasi ke luar daerah dan sebagainya, mereka tetap berpakaian sesuai dengan syariat agama Islam.

Bahkan ada diantara ustazah itu yang memakai cadar (purdah). Dengan berpakaian tertutup, maka perhiasan yang dipakainya tidak tampak (walaupun dipakainya). Selain itu, penampilan dan dandanan mereka tidak ada yang berlebihan. Misalnya bibir merah (tebal), bulu mata lentik (bulu mata palsu), pipi merah merona, alis mata buatan dan sebagainya.

Hal ini sangat berbeda dengan guru. Banyak guru ketika berpakaian dan berpenampilan tidak sesuai dengan syariat Islam. Terlebih khusus perempuan. Dalam berpakaian ada saja yang tidak memakai jilbab. Berpakaian dengan ketat, agak tipis dan transparan, serta memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ada yang pakai baju lengan pendek dan celana. Ada juga, pakai baju dan rok panjang tapi tidak berjilbab. Hal ini juga terbawa ke luar lembaga pendidikan.

Tidak jarang seorang guru ketika mengajar di sekolah dengan berpakaian muslim lengkap, artinya berpakaian panjang, rok panjang dan jilbab. Tetapi, ketika sudah di rumah dan keluar dari rumah untuk sekadar belanja tidak lagi memakainya. Bahkan bisa lebih parah dari itu, yakni pakai celana pendek, baju pendek dengan rambut terurai pergi menggunakan sepeda motor untuk jalan-jalan.

Ada juga yang berpenampilan agak minor, bibir merah tebal, alis mata buatan, bulu mata palsu dan lentik, pipi merah merona, dan sebagainya. Juga, memakai perhiasan yang agak berlebihan.

Padahal, tugas guru itu adalah mengajar dan mendidik. Penampilan yang terlalu berlebihan akan membuat anak didiknya risih. Kalau dia mengajar di tingkat dasar, untuk apa berpenampilan dan berperhiasan yang banyak. Toh, mereka tidak mengerti dengan semua itu. Kalau di tingkat lanjutan (pertama dan atas) masih mendingan. Mereka bisa memahami maksud dengan tujuan gurunya itu. Maka tidak sedikit dari mereka yang memuji dengan sebutan ibu cantik. Dan juga menjadi bahan olok-olokan.

Guru dan ustaz merupakan sosok yang dihormati. Dia digugu dan ditiru oleh anak didik dan juga masyarakat. Apapun yang dilakukan seorang guru, merupakan teladan bagi siswanya. Sikap, cara bicara, serta bertindak dan berpakaian (penampilan), selalu dilihat oleh mereka.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X