Kembali Hidup, PT Galuh Cempaka Sudah Produksi Ratusan Karat Intan

- Selasa, 7 Juli 2020 | 10:59 WIB
MULAI PRODUKSI: Suasana lokasi tambang PT Galuh Cempaka, kemarin. Beroperasi sejak November 2019, perusahaan ini sudah memproduksi ratusan karat intan. | FOTO: PT GALUH CEMPAKA FOR RADAR BANJARMASIN
MULAI PRODUKSI: Suasana lokasi tambang PT Galuh Cempaka, kemarin. Beroperasi sejak November 2019, perusahaan ini sudah memproduksi ratusan karat intan. | FOTO: PT GALUH CEMPAKA FOR RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Semenjak sahamnya diambilalih PT Pribumi Citra Megah Utama pada 2017 lalu, perusahaan tambang intan: PT Galuh Cempaka kembali hidup. Bahkan, saat ini mereka sudah melaksanakan tahap penambangan dan produksi.

"Setelah selama satu tahun melakukan persiapan dan proses konstruksi, akhirnya pada pertengahan November 2019 kami sudah proses penambangan sekaligus produksi," kata Humas PT Galuh Cempaka, Samidi, kemarin.

Dia mengungkapkan, sekitar tujuh bulan menambang, perusahaan pemegang izin kontrak karya (KK) dari Kementerian ESDM tersebut sudah memproduksi intan ratusan karat. "Tapi, jumlah persisnya saya tidak tahu. Yang pasti sudah ada ratusan karat," ungkapnya.

Akan tetapi, Samidi menyampaikan, saat ini intan hasil produksi PT Galuh Cempaka masih belum dipasarkan. Lantaran, harus disertifikasi terlebih dahulu. "Syarat intan bisa diekspor harus ada sertifikatnya. Sekarang sedang kami urus bagaimana prosedur sertifikasinya," ucapnya.

Kendati sudah ratusan karat, menurutnya produksi intan yang dihasilkan masih belum optimal. Sebab, ada beberapa kendala yang harus mereka hadapi. "Salah satunya adalah kondisi alamnya yang berat. Di lokasi tambang medannya rawa, sehingga menyulitkan alat bergerak," ujarnya.

Ditanya sistem penambangan apa yang mereka jalankan, Samidi menuturkan, untuk sementara ini pihaknya menggunakan sistem open pit atau tambang terbuka. Sebab, sistem bor hole mining (BHM), dianggap tdak efektif.

"Sebelumnya kami pakai sistem BHM, tapi tidak efektif. Jadi, kami gunakan sistem open pit dulu. Sambil memperbaiki cara menambang dengan sistem BHM," ungkapnya.

Dengan sistem open pit, Samidi menyampaikan, mereka menggali material pembawa intan berupa gravel bercampur tanah dan pasir menggunakan alat berat. Setelah itu, diangkut dump truk ke lokasi pemrosesan.

"Alat untuk memprosesnya namanya washing plant. Alat ini bisa memilah material. Seperti tanah, pasir, batu dan gravel pembawa intan. Tapi, yang kami ambil hanya gravel," ucapnya.

Dia menjelaskan, gravel pembawa intan yang sudah terpilah selanjutnya diseleksi lagi menggunakan mesin x-ray. "Hanya gravel yang memancarkan cahaya yang terseleksi. Kalau yang tidak memancarkan cahaya, tidak kami proses," jelasnya.

Selanjutnya, gravel berupa butiran yang memancarkan cahaya tersebut kemudian diseleksi lagi secara manual. Dengan cara mengukur tingkat kekerasannya. "Kalau kekerasannya di atas 9, sudah dipastikan itu intan," ujar Samidi.

Lalu, apakah setiap kali pemrosesan selalu menemukan intan? Samidi mengiakannya. Hanya saja, intan yang ditemukan hanya berupa butiran kecil. "Paling besar yang pernah kami temukan hanya sebesar kacang ijo," paparnya.

Ditanya, sudah berapa luas lahan yang ditambang, dia mengungkapkan, hingga saat ini baru sekitar 3 hektare. Lokasinya sendiri berada di Banjarbaru. "Karena baru di Banjarbaru kita mendapatkan izin lingkungan, kalau di Tanah Laut belum," ungkapnya.

Dia menambahkan, kedepan penambangan PT Galuh Cempaka bakal dilaksanakan di dua daerah yang berada di wilayah Kota Banjarbaru dan Tanah Laut. "Total luas seluruhnya 7.440 hektare. Untuk Kota Banjarbaru 4.440 hektare. Meliputi Kelurahan Palam, Kelurahan Guntung Manggis, serta Kelurahan Bangkal. Kalau Tanah Laut, masih proses panjang," tuturnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X