Kabupaten di Kalsel Ini Sudah Berani Buka Sekolah

- Kamis, 9 Juli 2020 | 13:32 WIB
KEMBALI KE SEKOLAH: Siswa-siswa di Batola berangkat ke sekolah dengan perahu, tahun lalu. Batola membuka kembali sekolah dengan sejumlah protokol ketat.
KEMBALI KE SEKOLAH: Siswa-siswa di Batola berangkat ke sekolah dengan perahu, tahun lalu. Batola membuka kembali sekolah dengan sejumlah protokol ketat.

MARABAHAN - Berbeda dengan hampir seluruh daerah di Kalsel, Pemkab Batola memilih memulai tahun ajaran baru dengan lebih optimistis. Mereka membuka kembali sekolah pada 13 Juli mendatang.

Kebijakan ini bukan hanya berlaku di zona hijau saja. Tetapi di semua wilayah Batola. Bupati Noormiliyani mengambil keputusan ini karena menilai belajar di rumah masih kurang efektif. "Semua sudah kita atur dalam Surat Edaran Bupati. Tentunya berisi protokoler kesehatan yang ketat," ujarKepala Dinas Pendidikan Batola Sumarji, baru-baru ini.

Protokoler yang nantinya akan diterapkan di sekolah, menurut Sumarji sudah sangat lengkap. Dalam Surat Edaran Bupati tentang pedoman pembelajaran bagi sekolah/madrasah dalam tatanan normal baru, para siswa wajib mengenakan masker. Siswa juga harus mencuci tangan di depan kelas dan kemudian duduk dalam jarak meja yang diatur.

Serta tidak ketinggalan jumlah siswa dalam kelas dibatasi. Satu ruangan maksimum berisi 10 siswa. "Kantin sekolah dan pedagang kaki lima dilarang berjualan. Peserta didik diarahkan untuk membawa bekal dari rumah," ujarnya sembari mengatakan untuk pencegahan penyebaran Covid-19, dilakukan pemantauan secara rutin sebelum kegiatan berjalan.

Dia mengatakan seluruh sarana dan prasarana satuan pendidikan dibersihkan secara rutin. Minimal dua kali sehari, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai dan KBM selesai.

Selain aturan itu, Sumarji membeberkan, sekolah di tatanan baru ini tidak masuk full seperti biasa. Sekolah SD/MI, hanya masuk satu kali dalam sepekan untuk satu kelasnya. Sedangkan untuk SMP/MTs Negeri/Swasta sederajat, akan turun sekolah selama dua hari dalam sepekan. "Semua guru tetap turun setiap hari. Hanya saja siswa yang turun secara bergantian. Misalnya untuk SD, setiap hari bergantian dari kelas 1 sampai 6. Contoh hari Senin kelas 1 yang masuk, maka kelas 2-6 akan libur," ungkapnya.

Selama sekolah, siswa akan diberi tugas untuk lima hari berikutnya selama libur. "Hari pertama nanti, semua guru akan meminta kontak muridnya dan membagikan tugas untuk belajar di rumah selama 5 hari sebelum masuk kembali sesuai jadwal yang ditentukan," ujarnya.

Selama proses pembelajaran, para siswa, menurut Sumarji hanya belajar maksimal 4 jam. Serta tidak ada jam istirahat. "Mungkin untuk kelas satu SD hanya dua jam pelajaran," ujarnya sembari mengatakan siswa masuk kelas pukul 08.00 Wita.

Sumarji menambahkan, walaupun kegiatan belajar sudah dimulai tanggal 13 Juli nanti, pihaknya tidak memaksa para orang tua. Bagi mereka yang keberatan, Sumarji mengatakan, pihaknya tidak melarang murid yang bersangkutan untuk tidak hadir. "Yang pasti saat masuk pertama nanti, kami akan menjelaskan tentang Covid-19 dan diberi materi untuk tugas lima hari berikutnya," ujarnya sembari mengatakan bupati ingin memastikan anak-anak benar-benar belajar di rumah.

Yang juga menarik, tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak dijadikan nilai rapor. Semua kebijakan dilakukan agar anak-anak bisa belajar dengan benar di rumah. "Ini catatan untuk orang tua, semua tugas tidak dimasukkan ke nilai rapor. Jangan mentang-mentang tugas rumah, orang tuanya yang mengerjakan tugas anaknya. Ingat, tugas diberikan agar anak-anak bisa belajar di rumah," pesannya.

Walaupun dapat dikatakan tidak wajib, beberapa warga Batola sangat mendukung kebijakan ini. Seperti halnya, Bastian warga Desa Penghulu Kecamatan Marabahan. Dirinya mengaku sepakat dengan apa yang dilakukan Bupati Batola. Anak-anak memang perlu kembali ke sekolah. Tidak harus selamanya belajar di rumah. "Kadang anak-anak lebih banyak bermain smartphone ketimbang belajar," ujarnya sembari mengatakan apabila dipantau sekali dalam sepekan, anak-anak akan belajar dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, menurut Bastian, anaknya yang masih SD, memang perlu kembali ke sekolah. Agar bisa bertemu dengan teman-temannya. Tentunya akan menghilangkan rasa jenuh di rumah. "Tidak semua orang tua bisa memantau anaknya belajar setiap hari selama daring. Setidaknya selama satu hari turun sekolah, anak kami bisa belajar dan mendapat tugas untuk lima hari mendatang," ujarnya sembari mengatakan hal itu bisa membuat anaknya harus belajar karena dikoreksi oleh gurunya saat masuk sekolah lagi.

Kepala Sekolah SMPN 8 Tamban, Wawan Setiawan mengatakan dengan skema ini proses pembelajaran dan pengawasan siswa, lebih mudah. "Berdasarkan hasil evaluasi kami, ketika proses KBM berlangsung melalui daring atau online belajar di rumah, banyak terjadi kendala. Terutama keterbatasan akan kepemilikan smartphone," ujarnya yang mengaku hal ini biasa bagi sekolah mereka yang berada di desa terpencil dan banyak orang tua atau wali murid yang kurang/tidak mampu.

Pembukaan sekolah yang akan dilakukan pada tahun ajaran baru ini, juga mendapat perhatian dari guru SMPN 3 Bakumpai. Lidya, guru IPS dari sekolah ini, mengaku sangat mendukung. Hal ini tidak lain karena sekolah mereka berada di desa terpencil. Dimana proses daring dinilai sangat kurang efektif. "Sinyal jaringan susah diakses. Serta sebagian peserta didik belum memiliki smartphone," ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X