Banjarbaru Belum Boleh Buka Sekolah

- Selasa, 14 Juli 2020 | 10:13 WIB
MASIH LAMA: Siswa-siswa SMPN 4 Banjarbaru dalam ujian beberapa waktu lalu. Pemerintah masih belum membolehkan sekolah dibuka. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN
MASIH LAMA: Siswa-siswa SMPN 4 Banjarbaru dalam ujian beberapa waktu lalu. Pemerintah masih belum membolehkan sekolah dibuka. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Memasuki tahun ajaran baru, sejumlah sekolah dan pondok pesantren di beberapa daerah memilih untuk melaksanakan pembelajaran secara tatap muka. Akan tetapi, kebijakan itu belum diterapkan di Banjarbaru.

Hingga kini, Pemko Banjarbaru melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Banjarbaru belum memberikan izin adanya aktivitas belajar dan mengajar di sekolah maupun pondok.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarbaru Zaini Syahran mengatakan, belum dibukanya satuan pendidikan di Kota Idaman lantaran masih masifnya penularan Covid-19.

"Sangat berisiko bagi para pelajar kalau mereka belajar di sekolah," katanya kepada Radar Banjarmasin. Dia mengungkapkan, selama pandemi belum berakhir, sekolah kemungkinan tetap ditutup untuk aktivitas belajar dan mengajar. "Sebagai gantinya pembelajaran dilakukan secara online atau daring," ungkapnya.

Sebelumnya hal senada disampaikan Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani. Ketua Gugus Tugas P2 Covid-19 Banjarbaru ini menuturkan, ponpes dan sekolah belum bisa membuka aktivitas belajar dikarenakan Kota Banjarbaru masih zona merah Covid-19. "Kita tunggu sampai kondisi mulai aman," bebernya.

Melihat kondisi pandemi sekarang, Kepala Dinas Pendidikan Banjarbaru, M Aswan juga mengaku tidak ingin mengambil risiko untuk kembali menerapkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

"Kami di daerah Insya Allah belum menurunkan anak-anak ke sekolah jika situasi Covid-19 ini belum aman. Sehingga pola pembelajaran daring dan dari rumah tetap akan dilaksanakan hingga situasi sudah memungkinkan," tegasnya.

Saat ini, diklaim Aswan, Disdik Banjarbaru tengah menyusun protokol pencegahan Covid-19 di lingkup sekolah. Agar nantinya ketika kembali belajar di sekolah, protokol kesehatan sudah siap dan bisa diaplikasikan.

"Jadi kalau nanti memang turun, maka kita akan terapkan protokol kesehatan pencegahan. Tetapi sampai saat ini kita belum menurunkan anak-anak ke sekolah," lanjutnya.

Secara terpisah, Psikolog Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Sukma Noor Akbar menjelaskan, secara psikologis terlalu lama belajar dari rumah berdampak besar bagi siswa. Sebab, siswa mesti beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Seperti penggunaan teknologi dengan metode pembelajaran daring, tugas yang terlalu banyak dan program pemberlajaran yang kurang jelas.

"Siswa juga pasti merasa bosan, kangen dengan suasana sekolah dan teman-teman. Hingga akhirnya mengganggu proses belajar mereka," jelasnya.

Dia menuturkan, dengan kondisi ini orang tua menjadi faktor yang sangat penting dalam menunjang pembelajaran siswa di rumah. "Anak perlu dibimbing oleh orang tua agar saat pembelajaran bisa lebih fokus untuk mencapai target kurikulum yang diberikan oleh guru," tuturnya.

Di samping itu, dia menyarankan agar guru lebih kreatif dan bervariasi dalam membuat program pembelajaran dari rumah. "Ketika siswa butuh penjelasan lebih terhadap pelajaran, maka peran komunikasi antara orang tua dan guru menjadi penting," sarannya.

Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Kalsel ini juga berharap, pembelajaran anak dari rumah ditanamkan terkait situasi krisis Covid-19 ini. "Misal, orang tua menyontohkan sikap respek dan menghargai apa yang diupayakan orang lain dalam menghadapi situasi krisis saat ini. Seperti, melakukan physical distancing, cuci tangan, tidak keluar rumah apabila tidak penting, menggunakan masker dan lain sebagainya," harapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X