Oktober, Grafik Kasus Covid-19 di Banjarmasin Diprediksi Melandai; Disdik Siapkan Skenario

- Jumat, 24 Juli 2020 | 10:26 WIB
PINGGIRAN KOTA: Tak semua pelajar bisa belajar daring. Selain koneksi internet, juga soal gawai. Contoh pelajar di Pulau Bromo, Banjarmasin Selatan ini. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
PINGGIRAN KOTA: Tak semua pelajar bisa belajar daring. Selain koneksi internet, juga soal gawai. Contoh pelajar di Pulau Bromo, Banjarmasin Selatan ini. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Mengacu evaluasi awal Juli tadi, Pemko Banjarmasin memprediksi grafik kasus COVID-19 melandai pada Oktober mendatang.

Salah satu tanda-tandanya, beberapa kelurahan berhasil keluar dari zona merah. Dinas Pendidikan Banjarmasin pun menyiapkan skenario.

Apabila prediksi itu tak meleset, maka proses belajar tatap muka di sekolah memungkinkan untuk kembali digelar.

Kepala Disdik Banjarmasin, Totok Agus Daryanto mengatakan, skenario yang dirancang adalah mengisolasi sekolah-sekolah yang berada di zona hijau. Sehingga bisa direkomendasikan untuk dibuka kembali.

Penting dicatat, skenario itu baru aman dilaksanakan jika jumlah kelurahan berstatus zona hijau sudah lebih 50 persen. Dari total 52 kelurahan di lima kecamatan.

"Kalau sudah banyak yang hijau, bisa diisolasi. Bisa direkomendasikan," kata Totok, belum lama ini. Tentu saja, skenario itu mustahil diterapkan sekarang. Mengingat lebih 40 kelurahan berada di zona merah.

Diingatkannya, jarak antar kelurahan di Banjarmasin sangat berdekatan. Bisa saja siswa yang bersekolah di zona hijau berasal dari zona merah. Sehingga dikhawatirkan menulari siswa lain. "Jadi kami tidak mau mengambil risiko," tegasnya.

Tak kalah penting, Disdik dan sekolah memerlukan persetujuan dari Gugus Tugas P2 COVID-19. Agar skenario ini benar-benar dijalankan lewat perhitungan yang matang.

Saat ini, pendidikan masih menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Terbagi dua, daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).

Khusus luring ditujukan bagi siswa yang menghadapi keterbatasan untuk mengaksesnya. Contoh siswa di sekolah pinggiran. Mereka diberikan PR-PR yang bisa diambil ke sekolah atau diantarkan guru ke rumah.

"Sekolah yang tak memungkinkan belajar daring, harus membuat skenario yang menjamin agar siswanya tetap bisa belajar dengan memberikan penugasan," tutupnya. (war/fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X