Pengamat: Berkat Tambang dan Pertanian, Kalsel Mampu Menghadapi Gejolak Ekonomi 2020

- Jumat, 24 Juli 2020 | 10:54 WIB
PRIMADONA: Batubara dibawa di Sungai Barito. Pengamat menilai sektor pertambangan membuat Kalsel relatif aman dari resesi. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN
PRIMADONA: Batubara dibawa di Sungai Barito. Pengamat menilai sektor pertambangan membuat Kalsel relatif aman dari resesi. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Para pengamat memprediksi Indonesia masuk ke jurang resesi ekonomi pada 2020. Ini bakal menjadi resesi pertama sejak 1998 silam. Meski begitu, daya tahan Kalsel diperkirakan mampu menghadapi gejolak tersebut.

Pakar Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr. Alim Bachri mengatakan, secara makro fundamental perekonomian Kalsel memiliki daya tahan yang cukup baik dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Itu dikarenakan, Banua bertumpu pada sektor pertambangan dan pertanian.

"Dua sektor ini semakin baik kontribusinya terhadap perekonomian daerah. Dengan demikian perekonomian Kalsel Insya Allah memiliki daya tahan yang cukup kuat," katanya, kemarin.

Lanjutnya, kekuatan lain yang dimiliki Kalsel dalam menghadapi gejolak ekonomi yang tidak pasti ini ialah kebijakan pemerintah pusat yang menjadikan Banua sebagai daerah penyangga pangan nasional. "Khususnya produksi padi yang terus didorong dan difasilitasi oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian," ungkapnya.

Meski begitu, menurutnya jika negara terjadi krisis, maka dampaknya pasti ke daerah. Sehingga, Kalsel memerlukan arah kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang bersifat protektif untuk meminimalisir dampak gejolak ekonomi yang bersifat negatif.

"Diperlukan sinergi dari pemerintah daerah untuk melakukan reposisi kebijakan pembangunan daerah pada sektor-sektor yang berbasis pada penguatan ekonomi kerakyatan," ujarnya.

Di samping itu, Alim Bachri menyebut, Kalsel juga perlu bersinergi dengan pemerintah pusat dan para pelaku ekonomi dalam pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam.

Sebelumnya, Center of Reform Economics (CORE) memprediksi Indonesia masuk ke jurang resesi ekonomi pada 2020. "Ancaman resesi sudah di depan mata. Walaupun sudah new normal, tapi ekonomi kemungkinan kontraksi pada kuartal II 2020 dan kuartal III 2020," ungkap Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal dalam video conference, Selasa (21/7).

Dalam ilmu ekonomi, suatu negara bisa dikatakan resesi apabila ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut. Artinya, jika ekonomi Indonesia kuartal II dan III 2020 terkoreksi, maka Indonesia resmi masuk ke jurang resesi pada kuartal III 2020.

Faisal memprediksi ekonomi Indonesia minus 1,5 persen hingga 3 persen pada tahun ini. Menurutnya, ekonomi domestik akan minus 1,5 persen jika puncak penularan virus corona terjadi pada kuartal III 2020 dan pemerintah tidak kembali menerapkan lagi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Sementara, perekonomian Indonesia bakal terkontraksi hingga 3 persen bila kasus penularan virus corona terus meningkat hingga kuartal IV 2020. Kemudian, Faisal memprediksi ekonomi kuartal II 2020 turun hingga 6 persen.

"Untuk kuartal ke kuartal akan terjadi kontraksi yang dalam, dari 4 persen sampai 6 persen. Ini bisa dimengerti kalau dilihat penambahan kasus virus corona terus terjadi," jelas Faisal.

Dia menjelaskan situasi ekonomi yang memburuk bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia. Faisal berpendapat sentimen bukan hanya berasal dari pandemi virus corona, tapi juga pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS).

"Biasanya setiap tahun pemilihan presiden AS akan menentukan bagaimana dinamika ekonomi global. Tahun ini, pada November 2020, akan ada pemilihan presiden di AS," kata Faisal. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X