Saat Pandemi, Kekerasan Anak dan Perempuan Meningkat; Batola dan Banjarmasin Tertinggi

- Senin, 27 Juli 2020 | 10:28 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

BANJARBARU - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak nampaknya marak di tengah pandemi. Dari Januari sampai April 2020 misalnya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kalsel sudah harus menangani 93 aduan.

Kepala DPPPA Kalsel, Husnul Hatimah mengatakan, dari 93 kasus tersebut, 49 di antaranya merupakan kekerasan terhadap anak. Sedangkan, 44 sisanya kepada perempuan. "Data ini cuma yang berani melaporkan. Sebenarnya masih banyak lagi, perempuan dan anak yang jadi korban kekerasan," katanya.

Dia mengungkapkan, dari data kasus yang mereka terima itu, dapat disimpulkan bahwa perempuan dan anak masih menjadi korban utama dalam tindak kekerasan. "Yang paling banyak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena aktivitas kita paling banyak 'kan di rumah," ungkapnya.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak sendiri, Husnul menyebut, paling banyak terjadi di Banjarmasin, dengan total 26 kasus. "Sedangkan terbanyak kedua ada di Batola, dengan 25 kasus," sebutnya.

Mengenai jenis kekerasan yang dialami korban, dia menuturkan, sebagian besar mengalami kekerasan fisik, psikis dan seksual. Ada juga kekerasan dalam bentuk penelantaran. "Peningkatan paling tinggi kekerasan seksual," tuturnya.

Sedangkan, faktor yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan sendiri menurut Husnul cukup banyak. Bisa disebabkan oleh lingkungan, pendidikan, ekonomi hingga Covid-19. "Seperti halnya penelantaran anak, bisa terjadi karena orangtuanya terpapar Covid yang harus dirawat dan diisolasi," jelasnya.

Untuk meminimalisir angka kekerasan perempuan dan anak, dia menyampaikan pihaknya berupaya semaksimal mungkin dari berbagai aspek. Di antaranya, menjalankan program maupun anggaran dengan optimal, agar anak dan perempuan terhindar dari berbagai permasalahan.

"Kami juga mengajak masyarakat dan lembaga instansi lainnya untuk bersama-sama melihat dan memntau bagaimana kondisi anak dan perempuan di daerahnya masing-masing. Karena, kami perlu dukungan itu," ucapnya.

Secara terpisah, Psikolog Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Sukma Noor Akbar menjelaskan, pada masa pandemi seperti sekarang ini masyarakat memang harus waspada. Sebab, anak dan perempuan sangat rentan jadi korban kekerasan.

"Apalagi anak, sangat rentan jadi korban kekerasan seksual dan fisik. Karena selama belajar dari rumah, mereka banyak melakukan aktivitas di rumah," jelasnya.

Menurutnya, di masa saat ini orangtua memiliki tugas lebih berat sebagai pendidik dan pendamping anak belajar dari rumah. Serta, bekerja. Jika tidak memiliki mental yang kuat maka akan mudah terpicu secara emosi kepada anak.

"Hak anak perlu diperjuangkan lagi, terutama kepada keluarga agar tidak mudah melakukan kekerasan yang nantinya akan berdampak pada psikologis anak di masa depan," ujarnya. (ris/ran/ema)

-

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X