BANJARMASIN - Tim mediasi polemik Makam Sultan Suriansyah menunda rapat tertutup di Balai Kota. Mestinya kemarin (27/7), baru bisa digelar hari ini (28/7).
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdako Banjarmasin, Doyo Pudjadi mengatakan, Pemko Banjarmasin perlu waktu untuk mengumpulkan ahli hukum, kejaksaan dan instansi terkait lainnya.
Rapat itu evaluasi atas pertemuan kedua kubu yang berakhir buntu, akhir pekan lalu. "Masing-masing kukuh pada argumennya sendiri," ujarnya.
Hasil rapat akan dilaporkan kepada Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina. Baru diambil putusan akhir. Jika ada yang keberatan, silakan menempuh jalur hukum.
Salah seorang pengurus makam yang lama, Syarifudin Nur berharap, dari mediasi kemarin pemko mendapat gambaran jelas. Terkait siapa yang lebih berhak dalam mengelola cagar budaya tersebut.
Diakuinya, akibat polemik ini, menimbulkan kerugian bagi para peziarah. Saling klaim berujung aksi penggembokan makam. Nur sendiri merasa kurang sreg dengan penutupan tersebut.
Tapi bagaimana bila harus berlanjur ke meja persidangan? "Kami siap apabila persoalan ini dibawa ke pengadilan," tegas Nur.
Dikonfirmasi terpisah, dari pihak seberang, yaitu Budi Santoso Humaidi, sampai berita ini ditulis, belum ada jawaban dari pihak penggugat.
Sengketa ini mencuat karena pengelola makam yang sah (mengantongi SK pemerintah dan turun-temurun mengelola makam) merasa kecewa karena penyerobotan pengelola baru.
Saat itu, Budi mengklaim, ada banyak masalah yang menghinggapi makam. Budi juga mengklaim dukungan dari warga Kampung Kuin. Yang menginginkan perubahan dan penyegaran di pemakaman Raja Banjar tersebut. (war/fud/ema)
