Asal Tapaluh, Ketika Pencinta Sepeda Lipat di Banjarbaru Memilih Berserikat

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 12:20 WIB
JAGA JARAK: Sebagian member dari komunitas Sepeda Lipat Asal Tapaluh Banjarbaru menggelar gowes di sekitaran wilayah Gubernuran Banjarbaru beberapa waktu lalu. | Foto: Asal Tapaluh for Radar Banjarmasin
JAGA JARAK: Sebagian member dari komunitas Sepeda Lipat Asal Tapaluh Banjarbaru menggelar gowes di sekitaran wilayah Gubernuran Banjarbaru beberapa waktu lalu. | Foto: Asal Tapaluh for Radar Banjarmasin

Di tengah pagebluk Covid-19, tren gowes mendadak mewabah. Tak hanya perorangan, kini fenomena mengayuh pedal sudah bertransformasi jadi komunitas. Salah satunya paguyuban khusus pencinta sepeda lipat yang kini sedang naik daun. 

-- Oleh: MUHAMMAD RIFANI, Banjarbaru --

Pengguna Sepeda Lipat atau akrab disapa Seli naik pesat. Sepeda yang mudah dibawa dan nyaman dikemudikan ini bak primadona. Kini, di Banjarbaru pun sudah tak asing menemui Seli di tiap-tiap sudut jalan.

Setiap sore atau pagi akhir pekan. Penggiat Seli gemar beraktivitas. Tak hanya gowes sendiri, kini penggemar Seli mulai berkelompok hingga membentuk komunitas. Salah satunya adalah Asal Tapaluh, komunutas Seli asal Banjarbaru.

Asal Tapaluh sebetulnya sudah didirikan sejak 2019 lalu. Namun saat itu, membernya masih sedikit. Sekarang, komunitas ini sudah punya lebih dari 150 member.

Darma Surya Bakti atau akrab disapa Aya adalah sosok yang memprakarsai komunitas ini. Kini ia bersama koleganya, rutin menggelar aktivitas Gowes. Baik sekadar keliling kota, hingga menanjak ke wilayah Kiram Kabupaten Banjar.

Menurut Aya, Asal Tapaluh memang identik dengan Seli. Walaupun tak ditampiknya sempat campur sari dengan jenis sepeda lain. Namun kini, mayoritas katanya sudah seragam menunggangi Seli.

"Kami sebetulnya selain gowes juga ada aktivitas lain. Semisal edukasi terkait cara bersepeda yang aman dan sehat, apalagi sekarang ini ada pandemi. Jadi kami juga fokuskan kepada cara bersepeda di tengah Covid-19," cerita pria 34 tahun ini.

Untuk skemanya, member katanya wajib pakai masker jika beraktivitas. Selain itu, untuk tidak berkerumun klaimnya terus digalakkan. Beruntung katanya, membernya dominan sudah paham soal protokol ini.

"Kita selalu ada briefing sebelum beraktivitas. Itu selalu kita ingatkan untuk pakai masker dan jangan berkerumun ketika berkumpul. Bahkan, kita juga punya kebijakan apabila ada member yang sakit atau tidak fit semisal demam atau batuk, kita minta istirahat," ujarnya.

Kalaupun ada member yang ngeyel. Di komunitas kata Aya ada tata tertib sendiri. Yang mana tindakannya bisa kepada sanksi. Mulai dari yang ringan hingga berat, tergantung kesalahan member.

"Tapi Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada yang fatal. Rata-rata anggota kita penuh kesadaran diri dan menurut dengan tatib kita. Salah satunya seperti yang saya ceritakan tadi, kalau mereka kurang enak badan mereka inisiatif tidak ikut dulu," urainya.Disinggung soal ada stigma pengguna sepeda sekarang kurang disiplin ketika beraktivitas. Aya tak menampik ada pandangan miring tersebut. Tetapi tegasnya, di komunitasnya hal ini selalu ditekankan kepada anggota agar tidak merugikan orang lain.

"Yang paling saya tekankan jangan memakan jalur pengendara lain. Jangan serampangan. Kita juga selalu sertakan Marsal dan Swiper, fungsinya mengatur dan memimpin rombongan," ujarnya.

Terkait fasilitas pengguna sepeda di Banjarbaru. Aya menyoroti bahwa Kota Idaman memang perlu dibuatkan lajur khusus sepeda. Sebab katanta, fenomena ini sudah meledak dan ada ratusan bahkan ribuan penggiatnya. Terlebih daerah tetangga katanya juga marak bersepeda ke wilayah Banjarbaru.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X