MANAGED BY:
SELASA
05 DESEMBER
BANUA | HUKUM & PERISTIWA | BISNIS | RADAR MUDA | FEATURE | SPORT | RAGAM INFO | PROKALTORIAL | FEMALE

BISNIS

Kamis, 06 Agustus 2020 10:52
Ekonomi Kalsel Minus 2,61 Persen, Terdalam Sejak 10 Tahun Terakhir
Ilustrasi

BANJARBARU - Dilanda pandemi virus corona selama berbulan-bulan, membuat perekonomian Banua terpuruk. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel melaporkan, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau minus 2,61 persen dibandingkan dengan triwulan II-2019 (y-on-y).

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, terpuruknya perekonomian Kalsel pada triwulan II-2020 dipengaruhi oleh Covid-19 yang mewabah di dunia. "Belum teratasinya pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian secara global, bukan hanya Kalsel," katanya melalui channel Youtube BPS Kalsel, kemarin.

Dia mengungkapkan, berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) dari sisi lapangan usaha pada triwulan II-2020 (y-on-y), yang mengalami kontraksi terdalam adalah transportasi dan pergudangan sebesar -9,25 persen. Diikuti pertambangan dan penggalian (-6,03 persen).

"Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib juga mengalami kontraksi, yakni minus 3,53 persen," ungkapnya.

Sedangkan PDRB menurut pengeluaran, dia menyampaikan, semua komponen mengalami kontraksi yang cukup dalam. Kedalaman tertinggi ialah komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP) yang mencapai -5,36 persen.

"Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) juga kontraksi sampai minus 3,30 persen, ini menunjukkan efek pandemi mulai sangat dirasakan oleh masyarakat pada kuartal kedua ini," ucapnya.

Selain itu, Edy menyebut, terjadinya PHK di beberapa sektor usaha, serta perpanjangan PSBB dan larangan mudik juga sangat menekan konsumsi rumah tangga. "Berkurangnya tunjangan hari raya di sektor formal, khususnya ASN juga turut mendukung terjadinya kontraksi pada komponen PKRT dan PKP," sebutnya.

Lanjutnya, kontraksi juga terjadi pada komponen perdagangan yang terdiri dari ekspor dan impor: masing-masing sebesar -0,46 persen dan -3,71 persen.

"Beberapa komoditas unggulan Kalsel, seperti batubara dan CPO mengalami penurunan ekspor yang cukup tajam pada kuartal ini. Sehingga mempengaruhi perekonomian Kalsel secara keseluruhan," ujarnya.

Lalu bagaimana dengan kondisi ekonomi Kalsel antara triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q)? Edy memaparkan, secara series biasanya mengalami fase pertumbuhan positif. Namun, tidak demikian halnya pada triwulan II-2020. "Jika dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), perekonomian Kalsel mengalami kontraksi sebesar -0,02 persen," paparnya.

Akan tetapi perekonomian Kalsel semester I-2020 terhadap semester I-2019 (c-to-c), dia menuturkan, ada pertumbuhan sebesar 0,67 persen. Pertumbuhan terjadi hampir di semua lapangan usaha.

"Pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 7,67 persen. Diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial, 5,72 persen. Serta, pengadaan listrik dan gas 5,25 persen," bebernya.

Sementara itu, Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Awang Pramila pada BPS Kalsel menyatakan, dari data mereka sejak 10 tahun terakhir baru tahun ini pertumbuhan ekonomi Kasel y-on-y terjadi kontraksi atau tumbuh negatif.

Dia memprediksi, kalau pandemi masih berlangsung lama, maka kontraksi kemungkinan akan tetap terjadi pada kuartal selanjutnya. "Kecuali permintaan komoditas unggulan Kalsel ke negara tujuan eksportir kembali normal, mungkin ekonomi Kalsel masih bisa tumbuh," katanya.

Menurutnya, secara umum pemerintah dan masyarakat telah berupaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan mengurangi kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa dan menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

"Selama itu tidak dipatuhi maka penyebaran akan meluas, sehingga anggaran yang pada awalnya untuk menggerakkan ekonomi menjadi tertunda karena fokus untuk mencegah maupun membiayai kesehatan masyarakat," ujarnya.

Di sisi lain, Pengamat Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Syahrituah Siregar mewanti-wanti agar ada inovasi dari seluruh pihak untuk menjaga sejumlah jenis bisnis yang masih bisa berjalan normal. Baik, di tingkat lokal, nasional maupun global.

"Karena perekonomian sangat tergantung pada pola antisipatif pelaku ekonomi yang ada. Sebab, sekarang masalahnya jelas, ekonomi di dunia sedang melambat," katanya.

Dia juga menyarankan supaya semua pemegang kebijakan. Baik pebisnis maupun pemerintah mulai berhitung ketahanan finansialnya, untuk melihat bisa bertahan berapa lama.

"Cari juga jalur-jalur bisnis terbuka di saat ini, apa yang semakin dibutuhkan orang ketika lama di kantor dan di rumah. Dengan kontak hanya via online," pungkasnya. (ris/by/ran)

Pertumbuhan Ekonomi Kalsel 2018-2020

Triwulan I 2018 : 4,99 Persen
Triwulan II 2018 : 4,57 Persen
Triwulan III 2018 : 5,10 Persen
Triwulan IV 2018 : 5,78 Persen
Triwulan I 2019 : 4,28 Persen
Triwulan II 2019 :4,19 Persen
Triwulan III 2019 : 4,02 Persen
Triwulan IV 2019 : 3,85 Persen
Triwulan I 2020 : 5,68 Persen
Triwulan II 2020 : -2,61 Persen

Sumber: BPS Kalsel


BACA JUGA

Selasa, 15 September 2015 13:40

Gedung Sekolah Negeri di Banjarbaru Ini Hancur, Siswa Sampai Harus Kencing di Hutan

<p>RADAR BANJARMASIN - Ironis, itulah kata yang tepat menggambarkan kondisi SMPN 6 Banjarbaru.…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers