BANJARMASIN - Tagar #indonesiabutuhkerja menjadi tren di media sosial. Dimulai para influencer sebagai tandingan suara buruh yang menolak RUU Omnibus Law.
Tentu para pesohor itu dikecam netizen. Karena telah berlagak seperti buzzer. Aliansi Pekerja Buruh Banua (PBB) Kalsel pun meminta influencer Banua tidak latah.
"Pesohor dunia maya di Banjarmasin jangan mengikuti yang di Jakarta," kata perwakilan aliansi, Yoeyoen Indharto, (16/8). Dia meminta influencer untuk berempati kepada masyarakat kelas pekerja. Yang sedang memperjuangkan agar rancangan undang-undang celaka itu dibatalkan.
"Kami berharap mereka masih punya nurani terhadap orang-orang kecil seperti kami," tambah Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kalsel ini.
"Atau mungkin karena sudah hidup berkecukupan, lantas kehilangan simpati terhadap perjuangan buruh?" tanya Yoeyoen retoris.
Omnibus Law Cipta Kerja harus ditolak karena menghapus batasan upah minimum dan menggantinya dengan upah jam-jaman. Lalu mengurangi nilai pesangon.
Kemudian penggunaan buruh kontrak seumur hidup. Menghapus beberapa jenis cuti. Serta menghapus hak upah saat cuti. Belum lagi kemudahan memecat dan dihapusnya sanksi pidana bagi pengusaha.
RUU ini sangat pro dengan kepentingan pengusaha dan investor. "Kampanye itu (#indonesiabutuhkerja) sama saja dengan menambah kesengsaraan kaum buruh," tutup Yoeyoen. (gmp/fud/ema)