BANJARMASIN - Keinginan membantu sesama membuat Muhammad Aripin mendirikan yayasan sosial, namanya Rumah Kreatif dan Pintar (RKP). Di sini para perajin bisa berkreasi.
Radar Banjarmasin menemui pemuda kelahiran Banjarmasin tahun 1988 ini di Jalan Perdagangan, Banjarmasin Utara, Senin (17/8) siang.
Di ruko berukuran 3,5 meter x 10 meter itu, terpajang berbagai produk kerajinan seperti tas, dompet, sarung tumbler, gantungan kunci, dan jilbab.
Semua tampak sibuk. Ada yang sedang menjelujur kain Sasirangan, ada yang membuat kuliner tahu walik. Belum lagi dagangan mie ayam di depan. Semua dikelola anggota RKP.
"Di sini masing-masing punya passion. Ada yang senang kerajinan, kuliner dan berdagang. Beragam, semua disalurkan," tutur lulusan S1 Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Anggota RKP juga datang dari beragam latar belakang. Ada eks narapidana, lansia, perempuan kepala rumah tangga alias single parent, sampai difabel.
"Memang sasaran utama RKP dari awal, merangkul kelompok rentan," tambah putra bungsu dari lima bersaudara ini.
RKP berawal dari pesan sang ibu. Bahwa pentingnya sebuah wadah pembinaan masyarakat kelas bawah. Arifin memulainya dari membina siswa putus sekolah dengan membuka bengkel las. Ternyata berhasil.
"Dari situ timbul niat mewujudkan RKP semakin kuat," cerita putra pasangan Yahman Suradi dan Toerah ini.
Aripin yang sebelumnya mengajar di sekolah kejuruan di Banjarmasin ini nekat memutuskan keluar pada tahun 2015 silam. Kebetulan, di tahun itu pula ia dinobatkan sebagai pemenang Lomba Pemuda Pelopor Nasional untuk bidang pendidikan. Uang hasil menang lomba sebesar Rp23 juta digunakannya untuk membangun workshop RKP di samping rumah orang tua di Jalan Muning, Banjarmasin Selatan.
Di situ bersama dengan sejumlah mitra (istilah anggota yayasan), dimulai kerajinan tangan dari bahan daur ulang.
Sekarang sudah ribuan perajin yang bergabung. Workshop perajin pun sudah ada selusin. Tersebar di Jalan Pramuka sampai Jalan Ratu Zaleha. Sementara di Jalan Pembangunan sebagai showroom.
"Saya ingin mereka yang sering dipandang sebelah mata karena kekurangan juga bisa mandiri," harapnya.
Memang tak mudah membangun bisnis sosial. Agar dikenal pasar dan laku, Arifin rajin melobi pemerintah daerah. Lalu mengajak kerja sama hotel-hotel berbintang.