4 Daerah Waspada Cuaca Ekstrem

- Selasa, 8 September 2020 | 12:41 WIB
WASPADA: Kapal nelayan ditambatkan di Pantai Takisung, Tanah Laut, kemarin. Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor memperingatkan nelayan, tongkang dan fery waspada terhadap potensi gelombang tinggi di perairan Selatan Kalimantan. | FOTO: RANDU ALAMSYAH/RADAR BANJARMASIN
WASPADA: Kapal nelayan ditambatkan di Pantai Takisung, Tanah Laut, kemarin. Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor memperingatkan nelayan, tongkang dan fery waspada terhadap potensi gelombang tinggi di perairan Selatan Kalimantan. | FOTO: RANDU ALAMSYAH/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Senin (7/9) kemarin mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di Banua.

Dalam prospek cuaca harian yang mereka rilis, masyarakat diminta waspada terhadap potensi hujan disertai petir/kilat dan angin kencang berdurasi singkat pada siang dan sore hari di sejumlah daerah.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Rianita Sekar Utami mengatakan, ada empat daerah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Yaitu, Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan Kota Banjarmasin. "Prakiraan cuaca ini berlaku mulai Selasa (8/9) sampai Rabu (9/9)," katanya.

Dalam prakiraan itu, Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor juga meminta supaya kapal nelayan, tongkang dan fery waspada terhadap potensi gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter di perairan Selatan Kalimantan dan Perairan Kotabaru.

Sementara itu, Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Uli Mahanani menjelaskan cuaca ekstrem terjadi beberapa hari terakhir karena adanya gangguan atmosfer di sekitar Indonesia.

Dia mengungkapkan, gangguan atmosfer muncul salah satunya dipengaruhi oleh fenomena aliran udara basah atau Madden Julian Oscillation (MJO) yang memasuki wilayah Indonesia bagian Barat. "Adanya MJO berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan," ungkapnya.

Di samping itu, Uli menyebut, gangguan atmosfer juga dipicu adanya sirkulasi Eddy atau sirkulasi tertutup di wilayah Kalimantan Barat. Fenomena ini menyebabkan terbentuknya daerah konvergensi (pertemuan massa udara) di wilayah Kalsel, sehingga pertumbuhan awan konvektif penyebab awan hujan meningkat. "Terutama di Kalsel bagian Timur dan Selatan," sebutnya.

Secara terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kalsel, Sahruddin menyampaikan, dengan turunnya hujan membuat titik api di Kalsel menurun. "Tapi kita harus tetap waspada, karena tidak semua daerah diguyur hujan," ucapnya.

Selain itu, dia menyampaikan, pihaknya juga tetap menyiagakan heli water bombing. "Siaga tetap dilakukan sampai status siaga berakhir pada 30 November 2020," tuturnya.

Dikatakan Sahruddin, saat ini sudah ada lima heli water bombing dan dua heli patroli yang beroperasi di Kalsel. "Kita masih menunggu kedatangan tiga heli water bombing lagi," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X