BANJARMASIN - Selama pandemi, masyarakat Banjarmasin masih harus menghadapi ancaman lawas: kebakaran. Antara Januari sampai September, tercatat 31 musibah kebakaran di ibu kota Kalimantan Selatan ini.
Rinciannya, pada bulan Januari ada 4 kasus. Februari ada 5 kasus. Pada Maret hingga Juli ada 15 kasus. Kemudian, Agustus ada 5 kasus dan awal September sudah 2 kasus.
Kepala Bidang Damkar Banjarmasin, Said Abdulrahman menaksir, kerugian material yang diderita mencapai Rp9 miliar. Baru dihitung dari Januari sampai Juli.
"Belum terhitung kerugian pada bulan Agustus dan September," ujarnya kemarin (8/9).
Dua kecamatan paling dominan. Yakni Banjarmasin Tengah dan Timur. Masing-masing sudah ditimpa delapan kebakaran. Di bawahnya ada Banjarmasin Selatan dengan tujuh kebakaran.
Penyebabnya, selalu yang itu-itu juga. Yakni korsleting listrik. "Saya sudah meminta PLN untuk mengawasi jaringan listrik di permukiman," kata Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina.
Menurutnya, usia kabel-kabel yang mengaliri rumah warga sudah termakan usia. Rawan memicu arus pendek.
Ibnu meminta PLN rutin mengecek ke lapangan. Sementara masyarakat diminta waspada terhadap praktik pencurian listrik. (war/fud/ema)