Hujan, Heli Karhutla Santai; BPBD Kalsel: Kami Tetap Waspada

- Rabu, 9 September 2020 | 10:47 WIB
BANYAK NGANGGUR: Heli water bombing saat tiba di Syamsudin Noor, beberapa waktu lalu. Insentitas hujan yang tinggi membuat helikopter banyak menganggur. | Foto: BPBD KALSEL
BANYAK NGANGGUR: Heli water bombing saat tiba di Syamsudin Noor, beberapa waktu lalu. Insentitas hujan yang tinggi membuat helikopter banyak menganggur. | Foto: BPBD KALSEL

BANJARBARU - Meski masih musim kemarau, namun intensitas hujan di Kalsel cukup tinggi beberapa hari terakhir. Hal itu sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel. Tingginya curah hujan membuat titik api jauh berkurang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kalsel, Sahruddin menyampaikan, minimnya titik api membuat heli water bombing bisa bekerja sedikit santai. "Pada Senin (7/9) tadi malah tidak ada yang beroperasi, karena tidak ada titik api," katanya.

Berbeda dengan Agustus 2020 tadi, dia menyebut dalam sehari heli water bombing harus memadamkan puluhan titik api di sejumlah daerah. "Karena menurut prakiraan BMKG, puncak musim kemarau memang berada di Agustus," sebutnya.

Walaupun hotspot menurun, menurut Sahruddin, pihaknya masih harus waspada. Sebab, di daerah-daerah yang tidak diguyur hujan biasanya muncul titik api. "Hari ini (kemarin) misalnya, meski di Banjarbaru dan sekitarnya hujan, di daerah Kandangan muncul hotspot dan harus dipadamkan oleh heli water bombing," ujarnya.

Dia mengungkapkan, saat ini ada lima heli water bombing serta dua heli patroli yang beroperasi di Kalsel. Heli-heli itu bakal terus disiagakan sampai status siaga berakhir pada 30 November 2020. "Masih ada dua heli water bombing yang kita tunggu. Karena kami meminta 8 heli water bombing, 2 heli patroli dan satu pesawat modifikasi cuaca," ungkapnya.

Anggaran operasional heli sendiri sepenuhnya ditanggung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sahruddin menyebut Pemprov Kalsel tidak ada mengeluarkan dana untuk kru maupun operasional heli. "Infonya bayarnya per jam. Tapi tidak tahu berapa biayanya, karena urusan BNPB," sebutnya.

Dia menyampaikan, sejak Juli sampai saat ini heli rata-rata sudah beroperasi 30 sampai 70 jam. "Kalau per harinya rata-rata heli terbang selama empat jam," ucapnya.

Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana BPBD Kalsel, Mujiyat menuturkan, pihaknya berkomitmen untuk mengatasi karhutla di Kalsel sesuai dengan program yang sudah disusun oleh pejabat sebelumnya. "Saya baru dua hari jadi Plt di sini, saya akan melanjutkan program yang ada," ujarnya.

Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Senin (7/9) tadi mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di Banua.

Dalam prospek cuaca harian yang mereka rilis, masyarakat diminta waspada terhadap potensi hujan disertai petir/kilat dan angin kencang berdurasi singkat pada siang dan sore hari di sejumlah daerah.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Rianita Sekar Utami mengatakan, ada empat daerah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Yaitu, Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan Kota Banjarmasin. "Prakiraan cuaca ini berlaku mulai Selasa (8/9) sampai Rabu (9/9)," katanya.

Dalam prakiraan itu, Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor juga meminta supaya kapal nelayan, tongkang dan fery waspada terhadap potensi gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter di perairan Selatan Kalimantan dan Perairan Kotabaru.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Uli Mahanani menjelaskan cuaca ekstrem terjadi beberapa hari terakhir karena adanya gangguan atmosfer di sekitar Indonesia.

Dia mengungkapkan, gangguan atmosfer muncul salah satunya dipengaruhi oleh fenomena aliran udara basah atau Madden Julian Oscillation (MJO) yang memasuki wilayah Indonesia bagian Barat. "Adanya MJO berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan," ungkapnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X