Buncu Elha, Bank Sampah Pertama di Kota Amuntai: Jangan Malu! Sampah dan Minyak Jelantah Jadi Rupiah

- Senin, 14 September 2020 | 10:00 WIB
MOMEN: Jakaria (menyetir) saat siap mengangkut sampah kertas, kardus dan botol plastik di Buncu Elha.
MOMEN: Jakaria (menyetir) saat siap mengangkut sampah kertas, kardus dan botol plastik di Buncu Elha.

Buncu Elha Bank Sampah yang dapat membeli sampah rumah tangga milik warga. Termasuk minyak goreng bekas pakai. Siapa dibaliknya berikut kisahnya.

-- Oleh: Muhammad Akbar, Amuntai --

Lima tahun belakangan, trend untuk menggolongkan sampah dari rumah tangga seperti plastik, besi dan kardus sampai organik sisa makanan ditangkap menjadi peluang kelompok lingkungan.

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) telah hadir Bank Sampah binaan Dinas Perumahan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Disperkim-LH) dengan nama Buncu Elha.

Bahkan bank sampah pertama di HSU makin eksis dua tahun belakangan ini dengan usaha menjadikan sampah rumah tangga menjadi rupiah. Setelah populer Bank Sampah ini tidak saja menerima barang bekas seperti kardus bekas, plastik bekas dan jenis lainnya.

Tapi bank sampah yang beralamat di Jalan Sukmaraga RT 7 Nomor 61 Kelurahan Sungai Malang Kecamatan Amuntai Tengah ini, juga membeli minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah (used cooking oil).

Jakaria, selaku Direktur Bank Sampah Buncu Elha mengatakan, kehadiran organisasi yang dipimpinnya tersebut tidak terlepas upaya menciptakan kesadaran lingkungan yang dimulai dari rumah tangga.

Disini pihaknya bermitra dengan siapa saja selama masih warga HSU yang ingin menjual sampah rumah tangga untuk dijadikan rupiah. Secara nominal sampah untuk botol plastik atau kaca dihargai Rp50.

Namun disini sampah yang dulu tak ada nilai ekonomi saat ini memiliki nilai. Pelan tapi pasti Jaka sapaan akrabnya warga kini sudah mengelola sampahnya dengan memilah dan mengantarkan ke bank sampah ini.

"Untuk koran bekas kami hargai Rp500 per kilogram. Sementara botol aluminium bekas minuman kaya Sprite dan Fanta dan Coca-Cola dihargai Rp8.000 per kilogram. Cukup baik menambah uang jajan keluarga," kata Jaka lewat sambungan WhatsApp Minggu (13/9).

Misi dari kegiatan ini memanfaatkan dan selalu mengelola barang-barang bekas, sehingga dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.

Tak hanya sampah padat, benda cair pun kini bisa menjadi rupiah yang bernilai ekonomi. Trend penerimaan minyak jelantah selama satu bulan terakhir mendapat respon yang baik dari masyarakat.

Terutama dari para pengusaha rumah makan yang selama ini banyak menghasilkan minyak jelantah yang dulu dibuang kini ditampung.

Bahkan menurutnya rumah makan sudah menjadi langganan yang rutin menjual minyak jelantah ke tempatnya. Untuk harga, jaka panggilan akrabnya ini mematok Rp1.500 setiap liternya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X