40 Ribu Petani Terdampak Covid-19, Tahun Depan Diharapkan Ada Bantuan

- Selasa, 15 September 2020 | 13:41 WIB
Ilustrasi pertanian
Ilustrasi pertanian

BANJARBARU - Dampak pandemi Covid-19 sudah ke mana-mana. Selain membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan, ternyata juga mengakibatkan para petani di Kalsel kesulitan.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman mengatakan, berdasarkan data mereka total ada sekitar 40 ribu petani terdampak pagebluk virus corona. "Petani yang terdampak mulai dari petani penggarap dan buruh tani," katanya, kemarin.

Dia mengungkapkan, ribuan petani tersebut terdampak lantaran selama pandemi sejumlah harga kebutuhan hidup meningkat. Sementara pendapatan sebagai petani tidak bertambah. "Belum lagi harus membiayai kuota anak untuk belajar secara daring dan biaya listrik yang membengkak," ungkapnya.

Semakin tingginya biaya hidup, Syamsir menyampaikan, banyak petani yang mengurangi pengeluaran dengan cara menggarap lahannya sendiri tanpa menggunakan jasa buruh tani. "Ini yang membuat buruh tani sekarang tidak punya pekerjaan,karena tidak banyak yang menggunakan jasa mereka," ucapnya.

Melihat fenomena ini, dia berharap tahun depan ada bantuan dari pemerintah pusat untuk para petani apabila pandemi belum juga berakhir. "Karena untuk tahun ini belum ada stimulus bantuan untuk mereka. Sementara anggaran dinas dipotong 50 persen," ujarnya.

Dipotongnya anggaran, membuat Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel mengurangi volume pemberian bantuan sarana produksi (Saprodi) ke para petani. Dalam rangka, optimalisasi lahan.

"Misal, bantuan pupuk yang sebelumnya 50 kilogram untuk lahan satu hektare. Sekarang mungkin cuma 25 kilogram. Termasuk bantuan dolomit, sebelumnya 100 kilogram saat ini hanya 25 kilogram," ungkap Syamsir.

Padahal, dia menuturkan, petani sangat memerlukan bantuan supaya produksi padi Kalsel bisa maksimal. "Karena pangan lah yang jadi peluru utama di masa pandemi ini. Tanpa pangan kita bisa kelaparan," tuturnya.

Produksi padi tahun ini sendiri kata Syamsir masih menggembirakan. Sebab, hingga Agustus realisasinya sudah 1,3 juta ton. Dari target 1,7 juta ton. "Saat ini masih banyak lokasi yang belum dipanen, mungkin sampai September realisasi kita bisa sampai 1,5 juta ton," katanya.

Sedangkan lahan yang sudah dipanen, dia menyebut saat ini memasuki masa tanam dan bisa dipanen pada Februari 2021. "Targetnya panen pertama di tahun depan bisa menghasilkan 400 ribu ton lebih," sebutnya.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani ternyata turun. Ini tentu menambah berat beban para petani.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengungkapkan, GKP di tingkat petani turun 0,07 persen: dari Rp5.287 per kilogram pada bulan Juli menjadi Rp5.283 per kilogran di bulan Agustus.

"Tapi harga gabah di tingkat penggilingan naik 0,10 persen dari Rp5.377 per kilogram di bulan Juli menjadi Rp5.382 per kilogram di bulan Agustus," bebernya. (ris/ran/ema)

 

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X