Gara-Gara Virus Covid, Begini Dampaknya Terhadap 30 Ribu Nelayan di Banua

- Senin, 21 September 2020 | 10:17 WIB
TAK BERLAYAR: Sejumlah kapal nelayan saat sandar di Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut baru-baru tadi. Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan mencatat, ada 30 ribu lebih nelayan terpuruk lantaran terdampak Covid-19. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
TAK BERLAYAR: Sejumlah kapal nelayan saat sandar di Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut baru-baru tadi. Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan mencatat, ada 30 ribu lebih nelayan terpuruk lantaran terdampak Covid-19. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Pandemi Covid-19 membuat semua sektor usaha berada di hari-hari yang sulit. Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan mencatat, ada 30 ribu lebih nelayan terpuruk lantaran terdampak wabah virus asal Cina tersebut.

Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel Muhammad Fadheli mengatakan, puluhan ribu nelayan di Banua turut terdampak karena selama virus corona mewabah permintaan ikan menurun.

"Apalagi ketika ada kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), sempat terjadi penumpukan ikan di pelabuhan lantaran tidak dapat didistribusikan. Beruntung waktu itu, bisa kita atasi," katanya kepada Radar Banjarmasin.

-

Dia mengungkapkan, permintaan ikan menurun dikarenakan masyarakat banyak menahan diri keluar rumah. Sehingga, tidak banyak yang membeli ikan. "Yang kasihan nelayan yang melakukan giat tangkap di laut. Hasil tangkapan mereka banyak, tapi yang membeli tidak banyak," ungkapnya.

Nelayan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni nelayan yang melakukan giat tangkap ikan di laut dan di perairan umum (sungai, rawa, waduk dan lain-lain). Fadheli menyampaikan bahwa semuanya ikut terdampak Covid-19. "Nelayan kita dari Barito Kuala sampai Kotabaru, totalnya 30.659. Semuanya terdampak Covid-19," ujarnya.

Selain nelayan, dia menyebut, para pembudidaya dan pengolah hasil ikan juga turut terdampak akibat menurunnya permintaan di tengah wabah virus corona. "Di Kalsel tercatat ada 27.983 pembudidaya ikan dan 1.982 pengolah hasil ikan," sebutnya.

Lalu apakah ada bantuan dari pemerintah? Fadheli menuturkan, dari Pemprov Kalsel selama dua bulan terakhir sudah menjalankan beberapa program sebagai upaya pemulihan ekonomi para nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah hasil ikan. "Di antaranya menjual ikan bersubsidi," tuturnya.

Di samping itu, dia mengatakan bahwa pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga sudah menyalurkan bantuan langsung tunai untuk para nelayan. "Pemerintah pusat menyalurkan BLT langsung ke nelayan melalui Kantor Pos. Jadi tidak melalui pemerintah daerah," bebernya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Safri Burhanuddin mengatakan ada sekitar 1,1 juta pelaku perikanan terdampak wabah Covid-19 yang mendapatkan BLT dari pemerintah.

1,1 juta nelayan dan pelaku perikanan yang terdampak tersebut terdiri dari nelayan 800 ribu. Ada juga pemasar, penjual, dan pembudidaya. Mereka menerima BLT sekitar Rp600 ribu per keluarga yang dibayarkan hingga Desember.

Safri menegaskan, bantuan tersebut tidak diberikan secara akumulatif agar tidak dipergunakan untuk transaksi yang bersifat konsumtif atau tidak sesuai kebutuhan.

Awalnya, bantuan itu diberikan dalam bentuk sarana prasarana. Namun, setelah dipertimbangkan, pemerintah memutuskan untuk memberinya dalam bentuk tunai. Sebab, dikhawatirkan sarana prasarana itu belum dibutuhkan dalam kondisi saat ini. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB
X