Harga Cukup Menjanjikan, Tidak Mengganggu Ekosistem; Pembudi Daya Ikan HSU Pilih Haruan dan Toman

- Sabtu, 26 September 2020 | 10:15 WIB
PELUANG: Budi daya ikan gabus dan toman kini jadi peluang ekonomi menjanjikan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. | Foto: Akbar/Radar Banjarmasin
PELUANG: Budi daya ikan gabus dan toman kini jadi peluang ekonomi menjanjikan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. | Foto: Akbar/Radar Banjarmasin

 

Keberadaan ikan haruan alias gabus dan toman di alam mulai berkurang. Kini ikan yang termasuk ke dalam jenis ikan snake head itu mulai populer dibudidayakan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

-- Oleh: Muhammad Akbar, Amuntai --

Praktik illegal fishing alias penangkapan berlebihan dengan cara penyetruman dan racun potasium diduga kuat menjadi penyebab jumlah ikan haruan dan toman mengalami penurunan drastis di habitat alaminya. Solusinya, sebagian nelayan tangkap di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) memilih membudidayakan ikan yang dikenal licin di sekujur badannya tersebut.

Salah satu pemilik keramba apung budi daya ikan gabus dan toman, Uki mengaku baru saja memulai usaha memelihara ikan predator air tawar ini. Uki tertarik karena banyak dicari pembeli dan harganya relatif baik.

Ikan ini juga piawai hidup di air yang tidak mengalir. Tidak seperti budi daya ikan mas dan nila yang harus telaten merawatnya.

Bibitnya dibeli sejak dari anakan. Setelah dibudidayakan sekitar tujuh hingga delapan bulan maka siap dipanen dengan berat 1 kilogram. "Bibit toman kami beli Rp1.750 per ekor. Ambil banyak 1.600 per ekor. Lama pemeliharaan 8 bulan maksimal untuk standar pasar," katanya, Jumat (25/9).

Pakannya dua kali sehari. Pagi, dan sore sebelum magrib. Pakannya berupa ikan segar. Seperti ikan sepat, puyau, timbang, dan beberapa ikan yang murah untuk dijadikan pakan.

Ikan yang sudah berumur 3 bulan sekali makan bisa mencapai 20 kg. Kalau 500 gr makannya 25 kg. Semakin besar semakin banyak lagi pakan yang harus disediakan. Harga jual tergantung besaran ikan toman. Kalau 1 kg antara Rp40 ribu sampai Rp45 ribu per kilogram. “Jadi cukup menjanjikan," banding pembudi daya ikan asal Desa Rantau Bujur Darat, Kacamatan Sungai Tabukan ini.

Sebenarnya ikan gabus juga dapat dibudidayakan. Jadi tidak ketergantungan lagi pada tangkapan alam liar yang jumlahnya sudah mengalami penurunan.

Tidak perlu repot menjualnya. Para pengepul ikan air tawar akan datang untuk membantu memasarkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara maupun kabupaten tetangga seperti Tabalong dan Balangan.

Plt Kadis Perikanan HSU, Ismarlita mengatakan bahwa saat ini sektor perikanan tangkap memang tetap dilakukan warga. Khusus untuk pengguna potas, penyetruman, dan menangkap berlebihan terhadap anak ikan juga turut andil dalam penurunan populasi ikan di alam liar. Ita berharap hadirnya budi daya sistem keramba ini bisa mengurangi ketergantungan masyarakat pada budaya tangkap yang ilegal.

Lewat budi daya pula nelayan memiliki kesadaran untuk membesarkan ikan dikala harga sedang turun. "Contoh dia tangkap ikan yang belum cukup timbangan bisa dimasukkan ke dalam keramba untuk proses pembesaran. Pas harga naik, nelayan bisa menjual. Ini8 berdampak langsung pada ekonomi masyarakat," yakinnya.

Jadi lewat budi daya ikan akan lebih ramah lingkungan, meningkatkan produksi, dan konservasi berjalan. "Kami mendukung nelayan tangkap yang ingin membudidayakan ikan. Sebab kebiasaan tangkap berlebihan bisa mengganggu ekosistem ikan di alam liar yang berdampak pada penurunan produksi sektor tangkap," tuntasnya.(dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X