Analisis Gender Dampak Covid-19

- Sabtu, 26 September 2020 | 11:35 WIB
Faisal Fatchur Rachman, Fungsional Statistisi Ahli BPS Prov. Kalimantan Selatan
Faisal Fatchur Rachman, Fungsional Statistisi Ahli BPS Prov. Kalimantan Selatan

Merebaknya kasus corona di Indonesia yang berlangsung sejak awal tahun 2020 telah mengubah tatanan sosial ekonomi Indonesia. Sejak ditetapkan sebagai bencana nasional, yaitu dengan ditetapkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), kasus positif corona hingga saat ini masih menunjukkan grafik eksponensial, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kasus positif setiap harinya.

=========================
Oleh: Faisal Fatchur Rachman
Fungsional Statistisi Ahli BPS Prov. Kalimantan Selatan
=========================

Hingga tulisan ini dibuat, 23 September 2020, setidaknya sudah ada sekitar 257.388 kasus positif dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 187.958 atau sekitar 73,2 persen, sedangkan pasien meninggal sejumlah 9.977 orang. Dapat dikatakan tingkat kematian (death rate) kasus covid-19 di Indonesia adalah sekitar 3,87 persen.

Untuk di Kalimantan Selatan sendiri, dari laporan Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Kalsel, saat ini terdapat setidaknya 9.983 kasus positif, dengan jumlah pasien sembuh 8.415 orang atau sekitar 84,29 persen, dan meninggal 409 orang. Dari angka tersebut, diketahui bahwa kasus covid-19 di Kalimantan Selatan memiliki share sebesar 3,88 persen kasus positif yang ada di Indonesia. Jika dibandingkan dengan angka pusat, maka persentase pasien sembuh memang lebih tinggi, namun dari sisi tingkat kematiannya. Di Kalimantan Selatan sendiri, risiko rata-rata seseorang terpapar virus ini adalah sebesar 232 orang per 100.000 penduduk.

Sampai saat ini, dari kasus positif covid yang telah terjadi di Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengonfirmasikan bahwa pasien positif didominasi oleh laki-laki. Setidaknya, menurut data per tanggal 28 April 2020, 59 persen pasien positif adalah laki-laki, sedangkan 41 persen lainnya adalah perempuan. Pun juga untuk kasus meninggal, 68 persennya merupakan pasien berjenis kelamin laki-laki.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan dominasi laki-laki dalam kasus positif Covid-19 di Indonesia dimungkinkan karena faktor mobilitas. Laki-laki diasumsikan sebagai gender dengan tingkat mobilisasi tinggi, sehingga transmisi virus akan lebih cepat terjadi. Selain itu, faktor pekerjaan dan penyakit penyerta disebut-sebut sebagai faktor tingginya kasus positif corona pada laki-laki.

Mobilitas yang tinggi dari laki-laki bisa dimungkinkan terjadi karena beberapa hal seperti tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka berpindah-pindah tempat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan penyakit penyerta pada laki-laki, selain disebabkan beban kerja yang lebih berat dibandingkan perempuan, juga bisa disebabkan oleh gaya hidup laki-laki yang tidak sehat, seperti merokok, bergadang, konsumsi alkohol, dan lain sebagainya.

Terlepas dari faktor-faktor di atas, pengetahuan dan adaptasi perilaku di masa pandemi juga menyumbangkan andil besarnya kasus positif pada laki-laki. Berdasarkan data Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu, diketahui bahwa 88 persen responden perempuan mengetahui kebijakan physical distancing dan 72 persen di antaranya melakukan penerapan kebijakan tersebut. Sedangkan untuk laki-laki, persentasenya lebih rendah, yaitu hanya sekitar 85 persen responden laki-laki yang mengetahui kebijakan physical distancing dan hanya 67 persen di antaranya yang menerapkan kebijakan tersebut.

Selain itu, adaptasi perilaku hidup bersih dan sehat di masa pandemi seperti sering/selalu mencuci tangan dengan sabun juga lebih didominasi oleh perempuan. Sekitar 84,61 persen perempuan lebih disiplin menerapkan perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan, sedangkan persentase laki-laki yang disiplin melakukan cuci tangan hanya 75,74 persen.

Begitupun dengan kebiasaan menggunakan masker sebagai mekanisme pertahanan terdepan untuk mencegah penularan virus, lagi-lagi perempuan lebih ketat dalam penerapannya, yaitu sekitar 88,5 persen, sedangkan laki-laki hanya sekitar 77,18 persen saja yang sering/selalu menggunakan masker saat keluar rumah. Dalam hal persepsi, perempuan cenderung memiliki kekhawatiran lebih besar dibanding laki-laki dan menganggap protokol kesehatan sangat efektif dalam melindungi diri dan keluarga dari virus corona.

Bagaimana dengan dampak ekonomi akibat pandemi? BPS mencatat setidaknya 3,18 persen responden laki-laki terkena PHK dari tempat kerjanya, lebih tinggi daripada responden perempuan, yaitu 1,87 persen.
Tidak hanya sampai disitu saja, laki-laki juga mengalami penurunan pendapatan lebih besar daripada perempuan. Selaras dengan data yang menunjukkan bahwa 3 jenis lapangan usaha paling terdampak adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, kemudian transportasi dan pergudangan, serta penyedia akomodasi dan makan minum yang notabene sebagian besar pekerjanya adalah laki-laki.

Dari pemaparan data di atas, tentunya pihak-pihak terkait, sebagai penentu kebijakan perlu melakukan monitoring data secara berkala kasus positif covid-19 dan analisis yang lebih komprehensif, salah satunya dengan memanfaatkan data gender maupun data demografi lainnya sebagai dasar penentuan pola penyebaran dan bagi penyusunan kebijakan di bidang kesehatan yang lebih tepat sasaran sehingga ke depannya, laju penyebaran virus corona ini dapat ditekan.

Selain itu, melihat data di atas, seharusnya masyarakat, khususnya laki-laki sebagai kelompok dengan risiko terpapar virus lebih besar, dapat lebih meningkatkan awareness atau kewaspadaan terhadap bahaya virus corona dan dapat lebih menerapkan protokol kesehatan dan gaya hidup bersih sehat. (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X