Antisipasi Dampak La Nina, Waspadai Luapan Air Sungai

- Senin, 5 Oktober 2020 | 11:56 WIB
RAWAN: Perkampungan di bantaran di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Curah hujan yang diprediksi tinggi membuat permukiman tepi sungai rawan banjir. | FOTO: RANDU ALAMSYAH/RADAR BANJARMASIN
RAWAN: Perkampungan di bantaran di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Curah hujan yang diprediksi tinggi membuat permukiman tepi sungai rawan banjir. | FOTO: RANDU ALAMSYAH/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru, (4/10) membagikan rilis dari BMKG Pusat terkait anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator yang menunjukkan anomali iklim La-Nina sedang berkembang.

La Nina merupakan dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. Anomali La Nina seiring dimulainya musim hujan pada bulan Oktober ini berpotensi menjadi pemicu bencana, seperti banjir, dan tanah longsor.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru Goeroeh Tjiptanto mengatakan, dalam rilis tersebut, tertulis bahwa, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir. Dengan nilai anomali telah melewati angka -0,5 dejarat celsius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

“Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0,6 derajat celsius pada Agustus dan -0,9 derajat celsius pada September 2020,” katanya.

Dia menyampaikan, BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang), memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir 2020. “Diperkirakan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021,” bebernya.

Lebih jauh dia memaparkan, catatan historis menunjukkan La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.

Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan Selatan dan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

“Selanjutnya pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua,” kata Goeroeh.

Sedangkan pada Oktober ini, dia mengungkapkan, Kalsel diperkirakan memasuki musim hujan. Peningkatan curah hujan, seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis. Seperti banjir dan tanah longsor.

Dia berharap agar para pemangku kepetingan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir. Misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

“Masyarakat diimbau terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat,” tuturnya.

Sementara itu, untuk perkembangan cuaca terkini, Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor Rizqi Nur Fitriani menyampaikan, saat ini beberapa daerah di Kalsel masih berpotensi berawan dan hujan ringan."Tapi tidak berpotensi terjadi cuaca ekstrem," bebernya. (ris/ran/ema)

 

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X