KODE BUDAYA VS CITRA AGAMA; Menafsir Atribut dalam Foto Kandidat di Surat Suara Pilgub 2020

- Senin, 5 Oktober 2020 | 12:03 WIB
SIAP CETAK: Anggota KPU Kalsel memperlihatkan replika surat suara kandidat di Pemilihan Gubernur  Kalsel 2020. Kedua kandidat memakai  atribut yang berbeda. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN
SIAP CETAK: Anggota KPU Kalsel memperlihatkan replika surat suara kandidat di Pemilihan Gubernur Kalsel 2020. Kedua kandidat memakai atribut yang berbeda. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN

Gambar kandidat pada surat suara sedikit banyak bisa memberi kesan tertentu untuk mempengaruhi pemilih. Karena itu, kandidat yang akan berlaga pada Pilkada biasanya tak sembarangan memilih foto resmi untuk surat suara.

---

Mahyuni, pengamat politik di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat mengatakan salah satu yang mempengaruhi juga adalah pemilihan atribut. “Simpelnya, siapa yang mau jelek saat dipasang di kertas suara,” ujarnya kemarin.

Dikatakannya, meski tak berpengaruh besar menentukan kemenangan, akan tetapi desain foto surat suara dapat menentukan pemilih yang tak memiliki pilihan atau swing voters. “Pemilih ini yang bisa dipengaruhi saat berada di bilik suara,” tambahnya.

Pemilihan desain pakaian misalnya bisa dimaknai macam-macam. Dia mencontohkan, seperti desain pakaian calon nomor urut 1 dengan pakaian adat Banjar, maknanya berkaitan dengan etnisitas.

Sementara, melihat pakaian calon nomor urut 2 dengan kemeja putih berpeci hitam, melambangkan nasionalisme. “Ini politik identitas, sangat mempengaruhi pemilih. Tinggal kultur masyarakat Kalsel seperti apa melihatnya,” sebutnya.

Jika dibandingkan dengan Pilgub 2015 lalu, dari tiga pasangan calon yang bertarung, dua diantaranya memakai jas. Hanya Sahbirin Noor yang kala itu berpasangan dengan Rudy Resnawan memakai pakaian adat Banjar. Pasangan ini memenangi Pilgub. “Sekali lagi bukan termasuk faktor menentukan kemenangan. Tapi pakaian sangat mempengaruhi pemilih,” tandas mantan Ketua Bawaslu Kalsel itu.

Terpisah, Denny Indrayana mengatakan, pilihan baju putih berpeci hitam melambangkan prinsip kesucian perjuangan yang amanah anti korupsi dan anti politik uang, serta kecurangan. “Baju putih dengan berpeci ini juga sebagai kepatuhan dan ketaan kami dengan ajaran agama,” sebutnya. 

Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon nomor urut 1 Rifqinizami Karsayuda sendiri tak memberi tanggapan atas ini.

Di sisi lain, sejarawan di FKIP ULM Mansyur mengatakan, pakaian adat Banjar merupakan kode kultural bagi Urang Banjar.. Pakaian ini merupakan pakaian yang menjadi kebanggaan Sultan Banjar atau kaum bangsawan dahulu.

Pakaian tersebut biasanya mengandung pernyataan yang sifatnya ideologis. Dalam konteks ini, pakaian menggambarkan tentang sosok kepemimpinan raja-raja atau bangsawan yang dulu sukses memberikan kemakmuran bagi wilayah Kesultanan Banjar.

“Di sini konotasi yang terbentuk adalah sebuah kemakmuran. Demikian halnya dengan sentuhan warna keemasan yang merupakan lambang semangat gelora antusiasme dan kekuataan,” ujar Mansyur kemarin.

Sementara, penggunaan simbol-simbol agama seperti peci dan baju putih memang banyak dipakai karena menunjukkan citra tentang religiusitas. Simbol pakaian ini dapat dimaknai sebagai sebuah tanda yang "dikultuskan" dalam sesuai dengan kultur dan kepercayaan dalam Islam.“ “Pakaian dengan simbol Islam akan membentuk persepsi publik tentang nilai religusitas yang dimiliki paslon,” katanya. (mof/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X