Sikap dan Amalan Hadapi Corona

- Jumat, 9 Oktober 2020 | 14:54 WIB
Dr. Ahmad Syawqi, Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin
Dr. Ahmad Syawqi, Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

Saat ini kita sehari-hari selalu disuguhi oleh banyak informasi seputar wabah Covid-19 yang dinilai begitu berbahaya dan membuat manusia takut dengannya, karena bisa membawa kematian. Sehingga semua pihak telah menyatakan tanggap darurat untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.

==============================
Oleh: Dr. Ahmad Syawqi
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin
==============================

Ada satu kisah menarik dalam sejarah Islam terkait dengan sebuah virus. Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab Radhiyallah Anhu (RA) karya Syaikh Ali Ash Shalabi. Hari itu tahun 18 H, Khalifah Umar bin Khattab RA bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam. Mereka berhenti di daerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.

Sebuah penyakit menular, benjolan di seluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan. Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar RA, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan. Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah.

Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat. Bahkan Abu Ubaidah RA menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT? Lalu Umar RA menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah.

Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yang lain. Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf RA mengucapkan hadits Rasulullah SAW: Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah. Umar RA merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah RA. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah. Namun beliau adalah Abu Ubaidah RA, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Umar RA pun menangis membaca surat balasan itu. Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya RA wafat karena wabah Tha'un di negeri Syam. Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu.

Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash RA memimpin Syam. Kecerdasan beliaulah yang menyelamatkan Syam. Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini. Amr bin Ash berkata: Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung. Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar.

Belajar dari bagaimana kisah orang-orang terbaik itu dalam menghadapi wabah virus, maka bagi kita semua apapun profesinya, baik dokter, perawat, guru, dosen, pedagang, dan sebagainya, termasuk sebagai seorang pustakawan, kita tidak perlu bersedih dan Islam sebagai agama terbaik telah memberikan kabar gembira di tengah kesedihan ini untuk kita semua, berupa amalan-amalan sebagai panduan yang dapat kita lakukan agar terhindari dari virus Corona.

Pertama, berikhtiar dengan melakukan pencegahan. Di samping berlindung kepada Allah, tentunya sebagai seorang manusia kita juga harus berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa dilakukan dalam skala individu maupun berjamaah.

Dalam skala individu, ikhtiar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti rutin menjaga kesehatan, rutin mencuci tangan, rutin memakan dari makanan-makanan yang baik, rutin memakai masker dikeramaian, serta menghindari keluar rumah dan berkumpul di tempat keramaian bila tidak diperlukan.

Bagi seorang muslim, ikhtiar individu yang wajib dilakukan adalah dengan menjaga wudhu agar menjaga kondisi tubuh selalu dalam keadaan suci untuk beribadah, dengan sering membasuh tangan, serta wajah untuk tetap bersih. Dari hasil sejumlah riset, wudhu bisa mencegah risiko sejumlah penyakit, seperti kanker, sakit gigi, sakit kepala, rematik, flu, pilek, pegal, menjaga dan memelihara kesehatan, serta keselarasan pusat saraf. Seperti hasil riset tentang wudhu yang dilakukan oleh Leopold Wemer Von Enrenfels, seorang psikiater dan neurology dari Austria.

Ikhtiar individu lainnya adalah bersin dengan menunduk dan menutup mulut serta hidung, lalu ucapkan  Alhamdulillah. Hal tersebut bisa mencegah penyebaran penyakit sekaligus mendoakan sesuai dalam hadis Nabi Muhammad; jika seseorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), hendaklah saudaranya mengucapkan yarhamukallah (semoga Allah merahmataimu). Jika ia mengucapkan Yarhamukallah, ucapkanlah Yahdikumullah wa yushlih baalakum (semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).

Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas lagi. Seperti melakukan isolasi (karantina) kepada mereka-mereka yang terkena virus atau mereka yang tercurigai terkena virus. Sebagaimana Sabda Nabi SAW : Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya. (HR. Bukhari & Muslim).
Inilah konsep karantina yang hari ini kita kenal. Mengisolasi daerah yang terkena wabah yang harus dijalani semua negara. Sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar. Menjaga diri dari keramaian (social distancing) dan menahan diri (karantina) untuk tetap di rumah sebagai cara ikhtiar yang banyak ditiru dunia barat.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X