Kisah Penghuni Rumah Lanting: Gelombang Besar adalah Musuh Bersama

- Senin, 12 Oktober 2020 | 12:00 WIB
MANUSIA SUNGAI: Abasiah, berdiri di teras rumah lantingnya, kemarin (11/10). Dia sudah tinggal mengapung di atas Sungai Martapura selama 36 tahun. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
MANUSIA SUNGAI: Abasiah, berdiri di teras rumah lantingnya, kemarin (11/10). Dia sudah tinggal mengapung di atas Sungai Martapura selama 36 tahun. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Warga bantaran sungai berteriak. Ketika melihat rumah lanting berkelir biru putih itu hanyut ke tengah Sungai Martapura. Tali penambatnya terlepas sewaktu Abasiah asyik menanak nasi.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

PEREMPUAN 56 tahun itu tak bisa lagi mengingat kapan persisnya peristiwa itu terjadi. Dia mengira-ngira terjadi sekitar lima tahun lalu.

"Tetangga mengira saya sedang tidak berada di rumah. Beruntung ada kelotok yang membantu menarik kembali rumah ini," ujarnya terkekeh.

Itu hanya satu cerita, dari sekian peristiwa yang dialaminya selama menghuni rumah lanting.

Paling anyar, enam bulan lalu, rumahnya dihantam angin puting beliung. Atapnya hancur dibawa angin. Mau tak mau Abasiah harus memperbaikinya.

Abasiah tinggal bersama suami dan seorang cucu. Rumah kayu yang mengapung di anak Sungai Barito itu sudah didiaminya sejak tahun 1984. Artinya, sudah 36 tahun.

-

Seingatnya, dulu di Kelurahan Seberang Masjid Kecamatatan Banjarmasin Tengah itu ada puluhan rumah lanting berjejer rapi. Jumlahnya terus menyusut. Tinggal beberapa yang bertahan.

Penyebabnya sederhana, banyak yang sudah menemukan rumah di darat yang lebih layak. "Saya pun kalau disuruh memilih, ingin punya rumah di daratan," akunya.

Karena merawat rumah lanting memerlukan biaya yang tak sedikit. Contoh, setidaknya diperlukan 500 bilah bambu berukuran besar agar rumah tetap mengapung.

Belum kayu-kayu untuk lantai rumah. Selain tempat berpijak, fungsinya juga untuk menangkal gelombang. Agar gelombang tak langsung menghantam bambu.

"Biasanya perahu bermesin besar seperti speed boad yang menimbulkan gelombang besar. Kami yang tinggal di rumah lanting biasa berteriak agar mereka melintas pelan, tapi kerap dicueki. Mereka tetap melaju," tuturnya.

Bila sudah begitu, air pun masuk ke dalam rumah. Lantai menjadi basah. Paling apes kalau ada bagian dinding yang sudah lapuk, pasti jebol.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X