Pandemi, Kasus Gangguan Jiwa di Banua Meningkat Signifikan

- Senin, 12 Oktober 2020 | 12:09 WIB
Ilustrasi gangguan jiwa
Ilustrasi gangguan jiwa

BANJARMASIN – Pandemi Covid-19 berdampak luas. Tak hanya memukul ekonomi. Ternyata angka kasus gangguan jiwa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tak hanya kasus baru, juga yang kambuh kembali.

Siti Khalimah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA pada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan mengungkapkan, sampai bulan Juni lalu jumlah gangguan jiwa di Indonesia mencapai 277 ribu orang.

Angka ini sebutnya mengalami lonjakan yang sangat tinggi jika dibandingakan dengan tahun lalu. Pada tahun 2019 lalu angkanya hanya mencapai 197 ribu orang. Selain angka kasus gangguan jiwa yang melonjak, dia membeberkan angka kasus orang dengan gangguan jiwa yang dipasung juga mengalami peningkatan.

Tahun 2019 lalu, orang dengan gangguan jiwa yang mengalami pemasungan sebanyak 5.200 orang. Tahun ini jumlahnya mencapai menjadi 6.200 orang dengan ganguan jiwa yang mengalami pemasungan.

Dikatakannya, pandemi ini saat membuat semua lapisan masyarakat mengalami dampaknya. Dari yang depresi, putus asa hingga ketakutan. Perasaan tersebut akhirnya membuat masyarakat yang rentan mental dan jiwanya terganggu.

“Dampak dari pandemi ini sangat luas. Bahkan ada yang sudah sehat kambuh lagi. Dari catatan kami jumlah kasus baru dan yang kambuh sudah mencapai 277 ribu orang,” beber Khalimah saat menghadiri Hari Kesehatan Jiwa 2020 di RSJD Sambang Lihum, Sabtu (10/10).

Dia menyebut, kemudahan akses dan fasilitas penanganan jiwa sangat dibutuhkan saat ini untuk menekan peningkatan angka kasus tersebut. Pemerintah sendiri terangnya sudah meluncurkan aplikasi untuk penanganan jiwa secara online.

Melalui aplikasi bernama sehat jiwa, masyarakat bisa melakukan konseling secara langsung. “Aplikasi ini sudah banyak yang memanfaatkan, setiap hari rata-rata 400 sampai 500 orang yang menghubungi,” ungkapnya.

Melalui aplikasi ini, masyarakat sebutnya bisa langsung berkonsultasi berkaitan dengan hal-hal yang mereka rasakan karena dampak pandemi. “Aplikasi ini sangat penting bagi masyarakat menghadapi situasi yang tidak menentu seperti sekarang,” imbuhnya.

Meningkatnya kasus gangguan jiwa karena dampak pandemi dibenarkan oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan, Kuat Sri Hudoyo. Dia yang juga hadir dalam acara itu menyebut, di tengah kondisi sekarang, tak bisa dipungiri tingkat stres begitu tinggi yang berdampak dengan gangguan jiwa seseorang

Dia memberi contoh, dengan kondisi ekonomi sekarang banyak yang di rumahkan. Sehingga akan memicu stres hingga depresi. Contoh lain sebutnya adalah pada saat pembelajaran siswa sekolah melalui online sekarang.

Tak hanya siswa, orang tua pun sebutnya akan mengalami stres ketika tak bisa memahami pelajaran. “Kami akui permasalahan kesehatan jiwa mengalami peningkatan. Melalui aplikasi online ini, kami harap masyarakat bisa mengaksesnya untuk konseling,” cetusnya.

Sementara, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia, Bambang Eko menerangkan, di saat pandemi Covid-19 saat ini, kunjungan pasien yang datang ke rumah sakit jiwa mengalami penurunan. Faktornya adalah karena beberapa rumah sakit menerapkan pembatasan karena takut terjadinya penularan Covid-19. 

Dia mengungkapkan, dari data pihaknya, kunjungan ke rumah sakit jiwa mengalami penurunan mencapai 17 persen. “Hampir sama dengan rumah sakit umum. Faktornya adalah selain ada rumah sakit jiwa yang tempatnya jauh dan pengetatan, juga adanya ketakunan masyarakat sendiri yang melakukan perjalanan ke rumah sakit karena takut tertular,” bebernya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X