BANJARBARU - Setelah berjalan kaki berkeliling Indonesia sejak Februari 2016, Indra Azwan (57) pada Rabu (8/6) tiba di Kalsel. Di Banua, dia kemudian berjalan kaki lagi dari Kantor Walhi Kalsel di Jalan Asabri, Sei Ulin, Banjarbaru menuju Kantor Gubernur di Jalan Aneka Tambang Banjarbaru, Kamis (9/6) kemarin.
Indra Azwan menempuh laku ini sebagai rangkaian panjang mencari keadilan atas tewasnya sang anak, Rifki Andika. Rifki tewas ditabrak oknum polisi, Kompol Joko Sumantri 23 tahun silam. Saat itu umurnya berusia 12 tahun.
Indra Azwan merupakan potret rakyat kecil pencari keadilan di negeri ini. Tahun ini, yang ke keenam kalinya dia melakukan aksi berjalan kaki keliling Indonesia. Aksinya dimulai dari Aceh, pada tanggal 9 Februari 2016. Perjalanannya berlanjut ke Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Jakarta dan beberapa provinsi lainnya.
Saat ini, Kalsel menjadi provinsi ke-19 yang didatangi Indra. Setelah sebelumnya, ia terlebih dahulu menyinggahi Kalbar dan Kalteng. Di Kalteng ia diterima langsung oleh Gubernur H Sugianto S, sementara di Kalbar diterima Wakil Gubernur.
Di setiap provinsi, Indra mendatangi Gubernur untuk meminta dukungan terhadap aksinya. Dengan meminta Gubernur membubuhkan tandatangan di kain putih dan buku yang sudah ia sediakan.
Sepanjang perjalanannya kali ini, Indra Azwan membawa dua tulisan yang digantungkan di badannya. Tulisan pertama diletakkan di depan bertulisakan "Kutagih Janjimu Presiden, Aksi Jalan Keliling Indonesia". Sementara, tulisan kedua digantungkan di belakang badannya, bertuliskan "Terimakasih Mahkamah Agung yang Menambah Penderitaan Saya 23 Tahun Mencari Keadilan."
Melalui tulisan satir itu, Indra ingin menunjukkan bahwa perjuangannya menemukan keadilan terus menemui rintangan. Setelah sebelumnya, kasus tewas anaknya dinyatakan daluwarsa di peradilan militer. Sejak 2013, putusan upaya hukum Peninjauan Kembali yang ditempuh Indra dalam perkara atas nama Kompol Joko Sumantri tak kunjung diterimanya.
Pasca aksinya awal April lalu, Mahkamah Agung (MA) akhirnya bereaksi. putusan peninjauan kembali perkara ini akhirnya muncul di situs putusan MA, nomor 08 PK/MIL/2014 dinyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali dari Oditur Militer Tinggi pada Oditurat Militer Tinggi III Surabaya tidak dapat diterima, dengan alasan klasik. Bahwa yang berhak mengajukan peninjauan kembali adalah terpidana atau ahli warisnya, dengan demikian MA telah menguatkan putusan terdahulu yang membebaskan Kompol Joko Sumantri akibat daluwarsa perkara.
Dalam lawatannya ke Kalsel kali ini, Indra bertujuan untuk mendatangi Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. Untuk meminta dukungan aksinya dengan cara membubuhkan tandatangan di media yang sudah ia sediakan.
Selama satu jam lebih Indra berjalan kaki, dalam kondisi berpuasa. Dengan diiringi oleh Direktur Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono dan beberapa anggota Mapala.
Sayangnya, sesampainya di Kantor Gubernur, Indra gagal menemui Paman Birin. Ia hanya diterima oleh anggota Satpol-PP, dan mengatakan bahwa Sahbirin tidak ada di tempat. "Bapak di rumah dinas Banjarmasin, beliau tidak ngantor karena masih masa cuti," kata salah satu anggota Satpol-PP.
Indra dan rombongan memutuskan untuk menunggu di depan kantor sembari menghubungi para protokol dan ajudan Gubernur. Namun, setelah satu jam lebih menunggu tidak ada kabar dari Gubernur, rombongan lantas memutuskan untuk pulang. "Kami menunggu, karena semua Gubernur di daerah yang saya singgahi telah memberikan dukungan. Di Kalsel harusnya begitu juga," kata Indra, kecewa.
Sore harinya, Indra bersama rombongan Walhi Kalsel memutuskan untuk mendatangi Sahbirin Noor ke Banjarmasin. Usahanya ternyata tidak sia-sia, Indra berhasil bertemu dengan Paman Birin ketika melaksanakan buka puasa bersama di lokasi kebakaran, di Gang Proklamasi, Pelabuhan Lama, Teluk Tiram.
Di tempat tersebut, Gubernur bersedia untuk menandatangani kain dan buku yang dibawa oleh Indra. Sebagai bentuk dukungan atas aksi berjalan kaki yang dilakukan oleh Indra. Setelah itu, Paman Birin bersama Indra berjalan kaki tanpa alas kaki ke rumah dinas Gubernur.
Indra mengaku senang mendapatkan dukungan dari Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. Selanjutnya, ia akan melanjutkan perjalanannya ke Kaltim. "Mudah-mudahan di Kaltim saya kembali mendapatkan dukungan," ujarnya.
Ia mengatakan, mendapatkan keadilan di Indonesia sangatlah sulit. "Demi Allah mendapatkan keadilan di Indonesia sangat sulit, bagai mencari jarum di tumpukan segunung jerami. Terlalu banyak oknum berdebah," katanya.
Ia mengaku akan terus melaksanakan aksi berjalan kaki, hingga Presiden Indonesia sekarang Joko Widodo bersedia bertemu dengannya. "Katanya pertemuan sudah dijadwalkan, tapi sampai sekarang belum ada kabarnya. Mungkin itu hanya janji-janji," katanya.
Jika berhasil bertemu dengan Jokowi, Indra menuturkan akan membeberkan tiga tujuannya. Pertama, meminta presiden mengawal kasus anaknya, kedua mengungkapkan seluruh kebohongan Kapolri Badrodin Haiti, dan ketiga akan menyampaikan amanah para tokoh agama di Aceh. (ris/by/ran)