Buruh, Pelajar dan Santri Diamankan ketika Hendak Bergabung dengan Mahasiswa

- Jumat, 16 Oktober 2020 | 10:52 WIB
DI RUMAH SAJA: Fera dan Rin, satu pelajar, satu lagi putus sekolah. Saat diperiksa di Polresta Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
DI RUMAH SAJA: Fera dan Rin, satu pelajar, satu lagi putus sekolah. Saat diperiksa di Polresta Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Hampir seratus orang digiring ke markas Satreskrim Polresta Banjarmasin, Kamis (15/10) siang. Mereka ditangkap ketika hendak bergabung dengan mahasiswa. Dalam unjuk rasa jilid II menolak Omnibus Law.

Mereka ditangkap dari Taman Kamboja di Jalan Anang Adenansi, perempatan Kantor Pos, Jalan Djok Mentaya, dan sekitaran Jalan Lambung Mangkurat.

Ternyata, mereka tak hanya berasal dari Banjarmasin. Mereka berdatangan dari Banjarbaru, Barito Kuala, Martapura, bahkan jauh-jauh dari Tanah Laut. Rata-rata kompak mengenakan kaus hitam.

Statusnya macam-macam. Kebanyakan pelajar. Lalu ada buruh dari Pasar Lima. Ada pula santri, bahkan dua remaja putri berusia belasan tahun.

Salah satunya adalah F, 13 tahun, warga Laksana Intan, Banjarmasin Selatan. Dia diangkut polisi dari Jembatan RK Ilir. Dia sempat bingung. Karena niat awalnya adalah bertemu dengan temannya. Namanya Helmi, pelajar SMAN 10 Banjarmasin.

"Salah satunya bernama Helmi. Saya diajak menuju lokasi demo mahasiswa. Enggak ngerti, pokoknya diajak nonton saja. Dari kejauhan melihat banyak orang berteriak-teriak. Baru dekat gejera (perempatan Kantor Pos), malah ditangkap," kisahnya.

F adalah santriwati yang mondok di sebuah pesantren di Jawa Tengah. Karena pandemi, pembelajaran diliburkan dan ia pulang ke Banjarmasin. "Mondok di sana setara dengan kelas dua madrasah tsanawiyah," sebutnya.

Helmi pun membantah keterangan F. "Saya memang pelajar. Tapi saya datang cuma untuk menonton. Bukan untuk berdemo, apalagi sampai diupah berdemo," bantahnya.

Hanya segelintir yang mengaku ingin ikut berunjuk rasa. Sisanya hanya penasaran, ingin menonton demo besar-besaran itu.

Cerita berikutnya dari Fera (18) dan Rin (17). Keduanya masih saudara sepupu. Tinggal di rumah neneknya di kawasan Purna Sakti.

Rencana semula datang ke Taman Kamboja untuk makan gorengan dan nongkrong. "Pas di taman, ketemu kawan-kawan. Jadi mau melihat demo juga," kata Rin.

Rin adalah pelajar SMK. Sementara Fera putus sekolah. Ditanya mengapa mereka mengenakan kaus serba hitam, jawabannya karena kebetulan saja. "Mungkin kebetulan. Tidak ada yang mengkoordinir untuk datang ke situ," tegasnya.

Dari pendataan petugas, tercatat 93 orang diamankan. Di mapolres, setelah didata, mereka wajib menjalani rapid test.

"Sementara didata dulu. Belum tahu bagaimana setelah ini. Mungkin setelah pembinaan, orang tuanya dipanggil, baru dipulangkan," kata seorang petugas. (lan/fud/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X