Kisah Miris yang Tersisa dari Musibah Kebakaran di Pulau Bromo

- Kamis, 22 Oktober 2020 | 09:06 WIB
BERSABAR: Seorang ibu menengok rumahnya yang habis terbakar. Pemko harus memikirkan keberadaan armada BPK di Pulau Bromo sebagai antisipasi. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANAJRMASIN
BERSABAR: Seorang ibu menengok rumahnya yang habis terbakar. Pemko harus memikirkan keberadaan armada BPK di Pulau Bromo sebagai antisipasi. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANAJRMASIN

Ipin berenang membopong dua keponakannya, melawan arus Sungai Barito. Sementara Raihana dan Nur Laila meratap dari kejauhan. Api membumihanguskan 15 rumah di Pulau Bromo, Rabu (21/10) dini hari.

---

BANJARMASIN - Pada jam 12 malam, saat hampir semua warga Tanjung Pandan, Banjarmasin Selatan, terlelap dalam tidur, api tiba-tiba menyala di salah satu rumah di bantaran sungai.

Dibantu angin kencang, si jago merah bergerak cepat. Menjilat rumah di samping kanan dan kiri. Ketika menyadari terjadi kebakaran, Ipin panik.

Bagaimana tidak. Titik api sangat dekat dengan rumahnya. Di jalan, orang-orang sudah berkerumun. Menimba air dengan alat seadanya untuk memadamkan kebakaran.

Dia baru teringat dengan tiga anggota keluarga. Dua keponakan dan seorang adik yang masih berada di dalam salah satu rumah yang terbakar itu.

"Ketiganya tidak mungkin menceburkan diri ke sungai. Karena saya tahu, tidak ada seorang pun yang bisa berenang," tuturnya kepada Radar Banjarmasin, kemarin siang.

Pria 36 tahun itu nekat berenang. Menyisir rumah demi rumah yang terbakar. Puji tuhan, dua keponakannya ditemukan.

"Keduanya meringkuk ketakutan di kolong rumah. Saya berenang membopong keduanya. Sedangkan adik saya, ternyata berada di tengah kerumunan warga juga. Sudah menyelamatkan diri lebih dulu," kisahnya.

Pada waktu bersamaan, Nur Laila berada jauh di seberang Pulau Bromo. Dia tak bisa pulang karena tak ada kapal feri yang beroperasi. Dermaga penyeberangan itu dipadati anggota BPK (barisan pemadam kebakaran) yang tertahan.

Berada di perbatasan Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, Pulau Bromo adalah delta kecil yang diapit Sungai Mantuil dan Sungai Barito.

"Jam dua malam, baru bisa menyeberang. Selain baju dan kerudung di badan, tidak ada lagi yang tersisa," tuturnya.

Perempuan 54 tahun itu tak berada di rumahnya saat musibah itu terjadi. Ia beserta keluarganya pergi ke Rantau, Kabupaten Tapin, menghadiri peringatan maulid Nabi Muhammad.

"Saya hanya bisa melihat dari jauh rumah saya terbakar," ujarnya lirih.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Tiga Terdakwa Suap di Paser Akui Bersalah

Sabtu, 20 April 2024 | 08:56 WIB
X