Perempuan 54 tahun itu tak berada di rumahnya saat musibah itu terjadi. Ia beserta keluarganya pergi ke Rantau, Kabupaten Tapin, menghadiri peringatan maulid Nabi Muhammad.
"Saya hanya bisa melihat dari jauh rumah saya terbakar," ujarnya lirih.
Serupa dengan nasib Raihana. Rumah perempuan 57 tahun yang akrab disapa Nenek Febri itu juga tersisa arang. "Semoga ada hikmah dari peristiwa ini," ujarnya sabar.
Armada BPK kesulitan mencapai Tanjung Pandan. Sebab, jembatan gantung masih dalam tahap pembangunan. Tanpa perahu, mustahil menyeberang.
Alhasil, mesin pompa dan selang diangkut ke atas feri. Dari tengah sungai, relawan BPK berjibaku menyemprot ke arah pulau.
"Malam tadi, feri hanya mampu menampung empat mesin penyemprot air. Sisanya dinaikkan ke kelotok warga," ucap Dito, 24 tahun. Ia, satu-satunya nakhoda kapal feri penyeberangan di Pulau Bromo.