Perjuangan KWT Rejeki Kartini Melawan Pandemi Corona: Dulu Andalkan Tengkulak, Kini Pembeli Datang Sendiri

- Sabtu, 24 Oktober 2020 | 09:03 WIB
PRODUK ANDALAN: Perwakilan KWT Rejeki Kartini Banjarbaru bersama perwakilan Pemkot Banjarbaru menunjukkan hasil olahan minuman serbuk berbahan dasar jahe merah, beberapa waktu lalu. Usaha tani mereka semakin meningkat berkat pendampingan dari PT Pertamina.
PRODUK ANDALAN: Perwakilan KWT Rejeki Kartini Banjarbaru bersama perwakilan Pemkot Banjarbaru menunjukkan hasil olahan minuman serbuk berbahan dasar jahe merah, beberapa waktu lalu. Usaha tani mereka semakin meningkat berkat pendampingan dari PT Pertamina.

Pandemi Corona memang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Alhasil, banyak sektor usaha yang berjatuhan dan menuju kebangkrutan. Namun, seolah tak mau pasrah dengan keadaan, ada kelompok tani wanita di Kota Banjarbaru yang kukuh berjuang dan sukses bertahan di masa sulit ini. 

-- Oleh: Fauzan Ridhani, Banjarmasin --

Berdiri sejak 2017 silam, Kelompok Wanita Tani (KWT) Rejeki Kartini memang sudah memperlihatkan kegigihannya dalam bercocok tanam. Mereka menyadari, aktivitas ini kelak bakal membuahkan hasil yang sepadan dan bisa mengangkat ekonomi mereka. Ada 18 wanita yang tergabung dalam KWT Rejeki Kartini. Mereka merupakan ibu rumah tangga yang terkadang menyambi sebagai petani penggarap lahan milik sendiri, mengambil upah bercocok tanam di lahan milik orang lain.

Sri Samini, Ketua KWT Rejeki Kartini menceritakan betapa sulitnya mencari mata pencaharian lewat bertani. “Pekerjaan menjadi petani itu tidak gampang, harus banting tulang dan bekerja keras. Apalagi, kami hanya petani kecil, yang sudah pasti kalah dengan petani lain yang punya lahan lebih luas dan sudah memiliki pembeli sendiri,” sebut Sri kepada Radar Banjarmasin, Rabu (21/10).

Diceritakan Sri, hasil tak menentu dan belum tentu laku semua. Tanaman yang kami tanam adalah sayuran seperti tomat, terong, ketimun, dan cabai. “Ketika panen, kami hanya mengandalkan tengkulak yang membeli hasil panen kami dengan harga murah. Sementara, yang belum laku kami bagikan untuk di bawa pulang ke rumah, bahkan sebagian ada yang kami berikan gratis kepada warga yang kurang mampu,” sebut wanita yang berdomisili di kawasan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru itu.

Walaupun hasil tak sesuai yang diharapkan, Sri dan rekan-rekannya tetap berjuang di jalur tani. Beruntung, mereka kemudian dibantu dengan program pemberdayaan masyarakat atau Coorporate Social Responsibility (CSR) dari PT Pertamina. “Oleh Pertamina, kami diajarkan cara bertani yang lebih efektif dan efisien. Kemudian, juga diajarkan menanam jenis tanaman lain seperti jahe merah dan hidroponik atau menanam tanpa media tanah,” paparnya.

Pelan-pelan, tanaman yang dibudidayakan oleh KWT Rejeki Kartini semakin beragam. Ditambah pendampingan dari sisi penjualan oleh PT Pertamina, hasilnya malah semakin meningkat. “Tak sekadar jualan sayuran, kami juga bisa mengolah aneka tanaman tersebut menjadi produk makanan dan minuman. Misalnya, untuk daun kelor kami olah menjadi keripik daun kelor, yang terbaru jahe merah kami buat jadi serbuk dan dapat dijadikan minuman berkhasiat untuk kesehatan,” sambungnya.

Khusus untuk produk minuman serbuk jahe merah, KWT Rejeki Kartini bahkan sampai kewalahan. “Setiap bulan, kami mengolah sedikitnya 50 kilogram jahe merah untuk dijadikan produk minuman serbuk. Awalnya, penjualan hanya di pasaran lokal Kalsel, namun belakangan kami juga dapat orderan dari Pulau Jawa, Sumatera, bahkan Papua. Ini lantaran Jahe Merah disebut berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh dan ampuh menangkal Corona,” tambahnya.

Tak hanya itu, bantuan berupa screen house dan gudang penyimpanan hasil tani dari Pertamina juga membuat KWT Rejeki Kartini makin berani berinovasi. “Sudah belasan atau mungkin puluhan produk yang kami hasilkan dari aneka tanaman yang kami tanam. Sekarang, kami tidak susah-susah jualan ke pasar. Justru calon pembeli yang kini mendatangi kami. Promosi dan pemasaran dilakukan secara online, semua diajarkan dan didampingi oleh petugas PT Pertamina,” ceritanya.

Lantas, bagaimana sekarang perkembangannya? Sri mengaku bersyukur. “Kalau dulu kami hanya dapat Rp500 ribu per bulan, sekarang kami bisa meraup hingga Rp2 juta per bulan. Tapi, perjuangan kami masih belum berhenti, kami masih terus berinovasi dan berkreasi,” ujarnya.

Sementara itu, Dian Fadhliana, CDO PT Pertamina yang mendampingi KWT Rejeki Kartini mengapresiasi perjuangan KWT Rejeki Kartini. “Perjuangan mereka dari nol sampai sekarang, benar-benar dilandasi kerja keras dan kekompakan. Bahkan, campur tangan kaum Adam di kelompok tani ini bisa dibilang sangat minim. Semua mereka lakukan dengan kesungguhan dan perencanaan yang matang,” tandasnya.(oza)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X