Sawit Komoditas Penopang Ekonomi di Masa Pandemi

- Rabu, 28 Oktober 2020 | 12:21 WIB
Penulis: Dr Ir Arief RM Akbar, M.Si
Penulis: Dr Ir Arief RM Akbar, M.Si

SEJAK pandemi Covid-19 melanda dunia, hampir semua kegiatan ekonomi melambat jika tidak bisa dikatakan babak belur menuju resesi, tidak terkecuali Indonesia. Ekspor nonmigas RI periode Januari-Agustus di luar produk sawit hanya mencapai 1,642 miliar USD. Hanya industri berbasis pangan yang masih mampu bertahan dan terlihat semakin menggembirakan. Total ekspor sawit hingga Agustus mencapai USD 12,63 miliar, sehingga total nilai ekspor produk nonmigas RI mencapai USD 15,269 miliar.

==================================
Oleh: Dr Ir Arief RM Akbar, M.Si
- Dosen Pengajar Program Magister (S2) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ULM
- Kordinator Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia – MAKSI KALSELTENG
- Peneliti Pusat Studi Kelapa Sawit Kalimantan-ULM
==================================

Kondisi ini memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani sawit dengan kenaikan harga TBS (tandan buah segar) dikisaran 27-30 % pada periode sejak Januari tahun ini. Harga TBS di Kalsel yang di realese setiap bulan bertahan pada nilai Rp 1.700 an per kg. Hal ini tentu saja sangat dinikmati para petani sawit yang ditahun sebelumnya mengalami masa sulit akibat over produksi minyak nabati dunia dimana pada periode yang sama tahun lalu harga TBS masih di bawah Rp 1.000 per kg atau malah di tingkat petani jauh dari harga tersebut.

Tujuan ekspor terbesar minyak sawit Indonesia adalah Uni Eropa, China, Pakistan dan India, walaupun ekspor minyak sawit awalnya adalah sebagai konsumsi pangan dan oleokimia. Tetapi saat ini mulai menunjukkan kenaikan untuk bahan baku biodiesel. Kalimantan sebagai daerah penghasil sawit dengan luasan 6,3 juta ha atau lebih 40 persen dari luasan nasional, berperan sangat penting dalam kemandirian energi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program B30 dimana salah satu unit produksi biodiesel yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM berada di wilayah Kabupaten Kotabaru.

Daerah penghasil sawit di Kalimantan Selatan hampir tersebar di semua kabupaten/kota, kecuali Hulu Sungai Tengah dan Banjarmasin. Terbesar luasan berada di Kotabaru seluas 155 ribu hektare dan terkecil di Banjarbaru seluas 145 hektare. Total luasan kebun sawit di Kalsel mencapai 564 ribu hektare.

Kondisi yang semakin membaik ini, kita harapkan mampu bertahan lama agar dapat memberikan stimulus bagi kegiatan perekonomian di Banua. Walaupun nilai ekspor year of year produk sawit mengalami penurunan akibat pandemi. Peran pemerintah dalam menetapkan bauran energi melalui program B30 (biodisel 30 persen blended solar) mampu meningkatkan konsumsi dalam negeri lebih dari 8 juta ton.

Dukungan nyata bagi petani swadaya/mandiri sangat diharapkan melalui program-program pemerintah melalui Dinas Perkebunan dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di tingkat petani yang saat ini hanya mencapai di kisaran 15 ton/ha/tahun. Target nasional yang ditetapkan pemerintah agar sawit rakyat mampu mencapai 24ton/ha/tahun perlu diupayakan agar kesejahteraan petani meningat dan perekonomian daerah juga akan menerima dampak positif. (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X